PO Bus Terminal Pulogadung Mengeluh Minimnya Fasilitas
Penumpang nggak mau kesini karena terminal yang nggak layak, fasilitas kurang. Mereka lebih memilih beli di agen.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pengurus dan agen Perusahaan Otobus (PO) di Terminal Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) Pulogadung, Jakarta Timur mengeluhkan terjadinya penurunan jumlah penumpang dibanding jelang lebaran tahun 2012.
Menurut mereka lantaran masalah kurang fasilitas Terminal Pulogadung yang kurang memadai membuat turunnya jumlah penumpang.
"Penumpang nggak mau kesini karena terminal yang nggak layak, fasilitas kurang. Mereka lebih memilih beli di agen. Penumpang juga banyak yang lari ke Rawamangun, padahal Pulogadung terminal besar," kata Boy (50) seorang pengurus PO Gumarang Jaya, Senin (29/7/2013).
Selain itu, Boy menuturkan, saat ini, manajemen arus kendaraan di Terminal Pulogadung sudah mulai tak tertata. Sebelumnya, kata Boy, setiap bus diberikan waktu yang sama untuk menunggu penumpang.
"Timer bus sekarang sudah tidak ada lagi. Jadi banyak bus yang mengetem menunggu penumpang, buat jadwal keberangkatan juga acak-acakan," katanya.
Terpantau, atap bangunan terminal terutama di sekitar loket tiket sudah banyak yang keropos. Tiang-tiang penyangga pun terihat rapuh. Boy berharap pengelola terminal, dan instansi terkait segera memperbaiki kerusakan dan meningkatkan pelayanan agar para penumpang nyaman.
"Sudah sering mengeluh minta dibenerin fasilitas, tapi nggak didengerin, nunggu rubuh dulu kali, baru dibenerin. Untuk taksi gelap dan ojek tolong ditertibkan, karena mereka sudah masuk ke lingkungan terminal," lanjutnya.
Saat di konfirmasi, Kepala Tata Usaha Terminal Pulogadung, Ida, membantah bahwa jumlah penurunan terjadi akibat minimnya fasilitas di terminal yang rencananya akan di pindah tersebut.
Menurut Ida, mengenai keberadaan terminal Pulogadung, memang seharusnya sudah dipindahkan sejak tahun lalu, tapi akibat belum terselesaikannya akses masuk Terminal Pulogebang, sebagai lokasi pengganti, menyebabkan masih tertundanya pemindahan terminal antar kota antar provinsi.