Peserta Tunanetra Keluhkan Sikap Panitia Pesantren Kilat
Sejumlah peserta tunanetra dari kelompok Cimahi mengeluhkan sikap oknum panitia pelaksana pesantren kilat (sanlat)
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, CIMAHI - Sejumlah peserta tunanetra dari kelompok Cimahi mengeluhkan sikap oknum panitia pelaksana pesantren kilat (sanlat) yang dilaksanakan di Kantor Ummi Maksum Voice (UMV) Jalan Pasir Salam, Kota Bandung.
Akibat sikap oknum panitia tersebut mereka hingga memutuskan meninggalkan acara sanlat yang digelar selama 2 hari, 13-14 Juli 2014.
"Kami mengeluhkannya, karena kami khawatir kegiatan yang kerap dilaksanakan UMV untuk kalangan tunanetra menjadi buruk dimata penyandang tunanetra. Karena hanya panitia yang ini yang sikapnya kami nilai sangat jauh dari nilai-nilai keagamaan, padahal kegiatannya pun tentang keagamaan. Dengan keluhan ini kami berharap kegiatan UMV ke depan bisa lebih baik lagi dengan panitia yang lebih baik," kata Ida Farida (29) koordinator kelompok peserta tunanetra dari Cimahi saat ditemui wartawan di RT 03/ 03 Kecamatan Cimahi Tengah Jalan Terusan, Senin (14/7).
Menurut Ida, sejak kelompoknya datang untuk menghadiri kegiatan, sambutan panitia terdengar tidak bersahabat. Panitia dikatakannya kerap membentak-bentak sambil mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan.
"Perlakuan panitia itu seakan sedang berhadapan dengan pencuri. Bahkan salah seorang anggota kami menangis karena sikap kasar itu. Akhirnya kami memutuskan beberapa yang bermasalah dengan panitia ini pulang lebih dulu termasuk saya sebagai koordinator kelompok," katanya.
Salah seorang peserta Defi Artita (32) mengakui saat itu dia menangis karena oknum panitia membentaknya karena kedatangannya sebagai peserta sanlat menbawa anaknya yang masih balita.
Dia membawa anaknya kegiatan tersebut karena pada kegiatan-kegiatan lain pun yang berhubungan dengan kalangan tunanetra anaknya yang normal tersebut selalu diajaknya dan tidak dipermasalahkan panitia.
"Tapi kemarin itu, saya dibentak-bentak. Bahkan dia (oknum panitia, red) menyuruh agar membuang anaknya. Kata-kata itu yang membuat saya sakit dan langsung menangis dan memutuskan untuk pulang saja," tuturnya.
Ditambahkan Ida, sebagian kelompoknya pun memutuskan untuk tidak jadi ikut kegiatan sanlat karena sudah mendengar sikap oknum panitia tersebut dari peserta sanlat gelombang sebelumnya yang dilaksanakan pada 3 dan 4 Juli 2014.
"Kelompok saya yang dari Cimahi ada 19 orang tapi yang datang 11 orang, karena yang 8 orang lagi memutuskan mundur dengan tidak memberikan alasan jelas," katanya.
Sebelumnya diakui Ida, oknum panitia itu sudah memberi syarat agar peserta yang didaftar tidak bisa mundur dan tidak bisa digantikan oleh orang lain.
"Padahal kami semua mendaftar sejak sebulan sebelumnya itu karena ingin mendapatkan ilmu keagamaan. Soalnya materi sangat bagus mulai dari mendalami bahasa Arab, sejarah keislaman dan masih banyak materi-materi keagamaan lainnya. Tapi karena banyak tekanan, kami putuskan untuk pulang saja," ungkapnya.
Ditegaskan Ida, bahwa sikap oknum panitia sanlat ini tidak hubungannya dengan UMV, karena pihak UMV sudah sepenuhnya mempercayakan kegiatan tersebut kepada panitia pelaksana. Sementara pihak panitia sanlat yang dihubungi Tribun di lokasi kegiatanya belum bisa terhubung. (ddh)