Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Dlugdag, Tradisi Menyambut Ramadan Peninggalan Sunan Gunung Jati

KERATON Kasepuhan Cirebon punya tradisi khusus dalam menyambut datangnya Ramadan. Tradisi ratusan tahun lalu ini masih dilestarikan hingga sekarang.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Dlugdag, Tradisi Menyambut Ramadan Peninggalan Sunan Gunung Jati
TRIBUN JABAR/IDA ROMLAH
Kerabat Keraton Kasepuhan Cirebon menabuh beduk di halaman Langgar Agung Kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, Rabu 

TRIBUNNEWS.COM, CIREBON - KERATON Kasepuhan Cirebon punya tradisi khusus dalam menyambut datangnya Ramadan. Tradisi ratusan tahun lalu ini masih dilestarikan hingga sekarang.

Sultan Sepuh XIV Kasultanan Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat bersama kerabat keraton berkumpul di keraton. Dengan berpakaian serba putih, lengkap dengan kain batik motif keratonan dan blankon di kepala, mereka menggelar tradisi dlugdag.

Tradisi dlugdag merupakan tradisi menabuh beduk sebagai tanda datangnya bulan Ramadan. Tradisi tersebut digelar di halaman depan Langgar Agung Keraton Kasepuhan, atau tempat beduk berdiri kokoh.

Adalah Sultan Sepuh yang bertugas mengawali dlugdag. Dengan ucapan basmallah, ia memulai menabuh beduk secara berirama. Suaranya indah, dan langsung menyejukkan kalbu.

Selang beberapa menit, satu per satu kerabat keraton yang giliran menabuh beduk. Iramanya agak berbeda dengan apa yang dilakukan Sultan Sepuh, namun tetap terdengar indah.

"Ini adalah tradisi di Keraton Kasepuhan Cirebon setiap kali datang bulan suci Ramadan. Jadi dlugdag ini pertanda masuknya bulan suci Ramadan," ujar Sultan Sepuh, Rabu (17/6/2015) sore.

Sultan Sepuh mengatakan, karena Ramadan tahun ini jatuh pada Kamis (18/6/2015), maka tradisi dlugdag digelar Rabu (17/6/2015) sore selepas salah ashar. Sebab, kata dia, berdasarkan penanggalan hijriyah, bahwa pergantian waktu ditentukan oleh bulan dan terjadi antara waktu ashar dengan magrib.

Berita Rekomendasi

Tradisi dlugdag sendiri, ujar Sultan Sepuh, sudah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati. Ketika itu, kata dia, beduk dijadikan alat satu-satunya untuk penunjuk waktu. "Waktu salat pakai beduk, waktu sahur pakai beduk, bergantu bulan pakai beduk, dan sebagainya. Jadi semuanya pakai beduk," ujarnya.

Beduk yang ada di Langgar Agung Keraton Kasepuhan sudah berusia ratusan tahun. Namun Sultan Sepuh tak hafal berapa usia pasti beduk tersebut. Kayu yang ada di beduk juga berusia ratusan tahun, hanya kulit kerbaunya yang sudah beberapa kali diganti.

Selain di Langgar Agung Keraton Kasepuhan, tradisi dlugdag juga ada di Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Kompleks Makam Sunan Gunung Jati. Namun dlugdag di tempat tersebut dilakukan pada pukul 12.00-01.00 dinihari. (roh)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas