Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Jejak Ki Ageng Henis di Kampung Laweyan Solo

Masjid Laweyan atau Masjid Ki Ageng Henis yang terletak di tepi Sungai Jenes di kawasan Kampung Batik Laweyan berdiri pada 1546.

Editor: Y Gustaman
TribunSolo.com/Bayu Ardi Isnanto
Masjid Laweyan atau Masjid Ki Ageng Henis berdiri pada 1546 di tepi Sungai Jenes, Surakarta, Jawa Tengah.
TribunSolo.com/Bayu Ardi Isnanto
Masjid Laweyan atau Masjid Ki Ageng Henis berdiri pada 1546 di tepi Sungai Jenes, Surakarta, Jawa Tengah.
TribunSolo.com/Bayu Ardi Isnanto
Masjid Laweyan atau Masjid Ki Ageng Henis berdiri pada 1546 di tepi Sungai Jenes, Surakarta, Jawa Tengah.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Bayu Ardi Isnanto

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Masjid Laweyan atau Masjid Ki Ageng Henis yang terletak di tepi Sungai Jenes di kawasan Kampung Batik Laweyan berdiri pada 1546.

Pada masa kejayaannya, Sungai Jenes pernah menjadi jalur perdagangan strategis yang menghubungkan daerah-daerah di Pulau Jawa dengan Laweyan.

Terletak di jalur perdagangan membuat kawasan Laweyan sebagai pusat keramaian. Orang-orang menyebutnya Bandar Kabanaran.

"Dari sungai ini ada jaringan perdagangan sampai ke Klaten, Boyolali, Gresik, Tuban, dan Bojonegoro," ujar Ketua Takmir Masjid Laweyan, Achmad Sulaiman, Sabtu (18/6/2016).

Kawasan Laweyan semakin berkembang, para saudagar batik dari Laweyan bermunculan. Batik memang telah dikenal sejak masa Kerajaan Majapahit.

Ki Ageng Henis merupakan keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V, yang kemudian memeluk agama Islam dan membangun Masjid Laweyan. Di Laweyan ia turut mengajari penduduk lokal membatik.

Berita Rekomendasi

"Masjid Laweyan pada saat itu tidak hanya untuk bersembahyang, tapi juga pusat pengembangan batik dan budaya Jawa," terang Achmad.

Batik dan Islam sama-sama berkembang pesat di Laweyan. Bandar Kabanaran kemudian berubah menjadi Kampung Batik Laweyan. Mayoritas penduduknya beragama Islam.

"Bahkan dari Laweyan ini menyokong pergerakan nasional, seperti Sarekat Dagang Islamnya Samanhudi," Achmad sedikit menyinggung soal kiprah Laweyan di panggung sejarah Indonesia.

Masjid Laweyan telah dibangun sejak masa Kerajaan Pajang. Bangunan yang berdiri sekarang merupakan hasil renovasi total saat Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X.

Awalnya, masjid tersebut merupakan tempat peribadatan umat Hindu-Budha yang dikelola oleh Ki Beluk, kemudian memeluk Islam setelah akrab berhubungan dengan Ki Ageng Henis.

Tempat peribadatan itu lalu berubah fungsi menjadi masjid.

"Dulu bangunan awal seperti rumah panggung yang umumnya di daerah pesisir," terang dia.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas