Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Mainan Iqropolly Jadi Bekal 5 Mahasiswa IPB Syiarkan Islam ke Kampung Terpencil di Bogor

Mereka melakukan syiar agama islam kepada anak-anak melalui media berupa permainan.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Mainan Iqropolly Jadi Bekal 5 Mahasiswa IPB Syiarkan Islam ke Kampung Terpencil di Bogor
TribunnewsBogor.com/Yudhi Maulana Aditama
Para mahasiswa IPB sedang melakukan syiar agama Islam kepada anak-anak dengan menggunakan permainan. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudhi Maulana

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Banyak cara mensyiarkan agama Islam.

Diantaranya yang dilakukan oleh lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB).

Didorong dengan tekad yang mulia, perjalanan jauh pun akan ditempuh demi mensyiarkan agama Islam.

Mereka adalah Agung Suharyana mahasiswa Fakultas Ekonomi, Rosyid Amrulloh mahasiswa Fakultas Pertanian, Novan Aji Imron mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia, Muhammad Yusuf mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Rasi Tamadhika mahasiswa Fakultas Ekonomi manajemen.

Dengan niat yang tulus, mereka melakukan perjalanan melelahkan untuk menyambangi sebuah kampung terpencil, yang masih kental dengan kepercayaan kepada leluhur.

Nama tempatnya yakni Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Berita Rekomendasi

"Lokasinya berada di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit. Petunjuknya hanya papan bertuliskan Kampung Adat Urug, kami berlima berangkat kesana dengan niat untuk mengajarkan agama Islam kepada anak-anak," kata salah satu anggota kelompok, Agung Suharyana kepada TribunnewsBogor.com.

Lanjutnya, selain lokasinya yang jauh, medan jalan ke lokasi kampungnya juga rusak.

Mereka harus menempuh perjalanan berjam-jam untuk tiba di lokasi.

Suasana hening mereka rasakan saat pertama kali tiba di Kampung Adat Urug.

Tak terlihat anak-anak yang keluar rumah, padahal saat itu siang hari.

Mereka pun memberanikan diri untuk menyambangi rumah warga, yang kemudian diarahkan ke sesepuh di kampung itu.

"Kami memberanikan diri untuk ketemu dengan sesepuh disana. Kami sangat berhati-hati karena mereka masih sensitif terhadap kepercayaan. Dan kepercayaan terhadap leluhurnya memang masih kental," ungkapnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas