Masjid Rahmat di Kembang Kuning Tertua di Surabaya, Begini Sejarahnya
Masjid Rahmat terbilang megah. Jauh sebelum kemerdekaan sekitar abad ke 14, bentuknya sama sekali tidak semegah sekarang.
Editor: Y Gustaman
Oleh arsitek Surabaya Abu Ali, masjid dibuat menjadi dua lantai. Dengan gaya bangunan yang cukup klasik, desain masjid disesuaikan dengan kelokalan Surabaya.
"Ada lima pintu pilar di serambi masjid. Bentuknya seperti daunnya semanggi. Itu sengaja dibuat untuk
menguatkan kelokalan Surabaya," ucap Syafii.
Saat ini luas bangunan masjid Rahmat sudah besar, yaitu seluas 850 meter persegi. Selain itu juga ada
pelataran parkir yang cukup luas untuk bisa menampung para jemaah yang selalu padat di bulan suci seperti sekarang ini.
"Setelah dipugar masjid ini diresmikan oleh Menteri Agama era Bung Karno, Syaifuddin Zuhri. Sampai saat ini alhamdulillah bisa terus menjadi tempat untuk syiar Islam," ucap dia.
Selama Ramadhan, pengurus Masjid Rahmat memang menambah kegiatan. Sebagaimana dijelaskan oleh takmir masjid, Imam Suhudi, mengaji kitab diadakan setiap habis salat.
"Habis ashar ada mengaji Bidayah, yang memberi ilmu tentang masalah tasawuf. Setelah duhur juga ada kuliah lima belas menit. Begitu juga dengan subuh, kalau maghrib dan isya' jadi satu ada ceramah di sela salat tarawih," ia menambahkan.