Mengapa Seorang Muslim Dianjurkan Salat di Awal Waktu?
Bagi orang yang beriman, umur, dan hidup adalah amanah, juga anugerah, sehingga sangat logis jika Tuhan menjadi sandaran terakhir tempat mengadu.
Editor: Dewi Agustina
Begitu nikmat berdialog sambil tegak berdiri, sambil membungkuk dan kemudian bersujud.
Dalam bersujud kita berserah diri secara total. Tak sanggup bibir menyampaikan semua perasaan dan pikiran sehingga Rasulullah mengajarinya dengan ucapan yang penuh pujian dan mohon ampunan.
Tetapi sesungguhnya yang lebih dari itu adalah pada momen adegan sujud.
Kepala yang biasanya dalam posisi tegak, kadang sombong dan tebar pesona menunggu pujian kanan-kiri.
Dalam sujud kita mencium tanah tanda kepasrahan dan pengakuan kekerdilan diri dan pengagungan Tuhan. Posisi pantat bahkan lebih tinggi dari posisi kepala.
Momentum sujud merupakan momentum puncak dalam salat sehingga banyak orang berlama-lama, enggan buru-buru mengangkat kepala sebelum puas menumpahkan pikiran, perasaan, pujian, dan permohonan ampun pada Tuhan.
Tetapi ini hendaknya dilakukan ketika salat sendirian saja.
Sebab, kalau dalam salat berjamaah bisa mengganggu suasana batin teman yang mungkin ada agenda lain.
Coba saja hayati dan jalani, ketika salat tumbuhkan dan ikuti parasaan rindu serta cinta pada Allah, Anda akan betah berlama-lama dan akan merasakan aliran energi cinta dan damai dari Allah mengalir ke diri Anda.
Kalau itu menjadi habit dan kualitas salat Anda, ketika mengakhiri salat dengan mengucap dan menebar salam, menengok ke kanan dan ke kiri, akan berkelanjutan dan dirasakan siapapun yang dekat dengan Anda.
Mereka yang senang salat adalah juga mereka yang senang menebar rasa damai bagi lingkungannya.
Rasa intim dengan Allah akan semakin intens dirasakan ketika kita berada dalam bulan Ramadan.
Kedekatannya tidak saja dirasakan sewaktu salat, tetapi juga ketika sepanjang hari menjalani puasa.
Kita sungguh merasakan kedekatan dan kehadiran Tuhan sehingga larangan tidak makan dan minum serta perbuatan keji, dengan ringan kita taati.