Mutiara Ramadan: Islam Indonesia
Andaikan dulu para pembawa Islam sikapnya seperti itu, pasti nusantara ini tidak menjadi kantong umat Islam seperti sekarang ini.
Editor: Dewi Agustina
Prof Dr Komaruddin Hidayat
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
PADA dasarnya sifat orang Indonesia itu toleran, ramah, senang berkawan sebagaimana sifat pedagang.
Dan pada awalnya Islam yang berkembang juga lebih menekankan dimensi tassawuf yang menekankan keluhuran budi pekerti, sehingga lebih mudah bergaul dan berkomunikasi dengan pemeluk Hindu-Budha kala itu.
Baru belakangan saja muncul gerakan radikalisme-terorisme dan dakwah agama yang keras yang dengan mudah mengkafirkan dan menjelekkan orang lain, bahkan terhadap umat Islam sendiri.
Andaikan dulu para pembawa Islam sikapnya seperti itu, pasti nusantara ini tidak menjadi kantong umat Islam seperti sekarang ini.
Sejarah telah mencatat bahwa Islam Indonesia yang datang dan berkembang tanpa melalui peperangan. Melainkan lewat perdagangan dan penyebaran secara damai.
Perang muncul belakangan ketika penjajah Barat datang.
Keberagaman seseorang dan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang tanahnya amat subur tentu watak masyarakatnya berbeda dari penduduk Arabia yang dikelilingi padang pasir yang dalam sejarahnya senang berperang antarsuku memperebutkan sumber air dan padang rumput.
Masyarakat nusantara hidup terpencar ke dalam ribuan pulau yang subur, sehingga ikatan suku dan daerah begitu kuat, namun tidak perlu berebut sumber air atau padang rumput.
Hubungan perdagangan antar pulau sudah lama terjalin.
Kehadiran pedagang Arab dan China ke nusantara turut memajukan perdagangan dengan pusat di kota-kota pantai.
Dulu kota pantai merupakan pusat perdagangan dan sekaligus juga pusat penyebaran Islam dan bahasa Melayu.
Ikatan keislaman dan peran bahasa Melayu ini pada urutannya menjadi pengikat kohesi ke-Indonesiaan.