Sungguh Manusia Dibayangi Kebangkrutan Jika tidak Mampu Mengisi Modal Waktu dengan Iman dan Amal
Ketika anda menginjakkan kaki dua kali di sungai yang sama, kaki anda akan menemukan air yang berbeda.
Editor: Dewi Agustina
Absurd, nalar tidak bisa menjelaskan. Tahu-tahu sudah terjadi.
Baca: Mengapa Seorang Muslim Dianjurkan Salat di Awal Waktu?
Kita terlahir disambut oleh asuhan budaya, agama, warna kulit dan kondisi geografis yang berbeda-beda.
Ada kekuatan absolut yang mengkondisikan kita.
Begitu pun ketika ajal menjemput, berakhirlah kereta kehidupan ditelan terminal kematian.
Lagi-lagi, di situ ada kekuatan absolut yang tidak sanggup kita mengalahkannya.
Hidup juga bagaikan sungai. Ibarat air, kita berjalan menuju samudera. Namun rute perjalanan tidak selalu mulus.
Banyak sekali hambatan dan lika-liku bagi air untuk menggapai samudera.
Ada yang cepat, mulus, lancar dan ada yang tersendat dan tersandera di daratan.
Coba tanyakan atau dialog dengan diri sendiri, kemana arah hidup yang tak kenal berhenti dan berbalik dari menit ke menit ini?
Apakah gerbang kematian berarti akhir segala-galanya atau merupakan lorong baru untuk mengantarkan perjalanan lebih lanjut?
Nalar tidak sanggup menjawabnya. Semesta ini selalu bergerak. Hati dan pikiran tak pernah diam.
Dalam ketidaktahuan itu manusia lalu mencari sumber jawaban, yaitu Tuhan yang diyakini sebagai kekuatan absolut yang mencipta dan mengontrol sejarah.
Tetapi siapakah Tuhan, manusia juga selalu saja sibuk mendiskusikannya bahkan ada yang berkelahi atas nama Tuhan yang mereka persepsikan dan yakini masing-masng.
Ada sekelompok orang yang merasa tidak memerlukan Tuhan karena yakin bahwa hidup ini akan berjalan sebagaimana adanya tanpa campur tangan Tuhan.