Puasa 22 Jam, Umat Muslim di Islandia Hanya Punya Waktu 2 Jam untuk Tarawih dan Sahur
Muslim di Islandia harus menjalani puasa Ramadan selama 22 jam sehari dan hanya punya waktu sekitar dua jam untuk berbuka, salat Tarawih dan makan sa
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Anita K Wardhani
"Memang tidak mudah, tapi jika Anda sudah meyakini sesuatu, Anda akan tetap menjalaninya," ujar dia.
Malam yang singkat membuat sebagian umat Muslim di Islandia memilih berbuka puasa, salat Tarawih dan sahur bersama di masjid.
Adapun, saat waktu berbuka puasa tiba, Yaman dan sekelompok umat Muslim lainnya lebih memilih melakukan buka puasa bersama di masjid sekaligus menjalankan salat Tarawih. Usai salat, mereka kembali sahur bersama sebelum kembali ke rumah masing-masing.
Di Islandia, terdapat sekitar 1.000 orang yang memeluk agama Islam. Namun tidak semua orang menjalani jam puasa yang panjang seperti Sulaman dan Yaman.
Hal itu dibenarkan Mansoor, imam sebuah komunitas Muslim di Reykjavik, ibu kota Islandia. Di komunitas Mansoor, umat Muslim berpuasa selama 18 jam.
"Terdapat surat dalam Alquran tentang puasa Ramadan yang mengatakan Allah memudahkan umat-Nya berpuasa," papar Mansoor, yang menyebut hal itu dilakukan karena terdapat beberapa kasus di mana umat Muslim pingsan, saat menjalani waktu puasa yang sangat panjang.
Terdapat beberapa anjuran tentang lamanya puasa Ramadan bagi umat Muslim yang berada di negara dengan waktu siang yang lebih panjang dari malam.
Ulama di Islandia membebaskan umatnya memilih lama puasa sesuai kemampuan mereka.
Mereka dapat berbuka puasa menggunakan waktu matahari terbenam di negara terdekat yang tidak memiliki siang hari terus menerus, negara mayoritas Muslim terdekat, atau mengunakan rentang waktu puasa Arab Saudi. Pilihan lainnya, mengikuti waktu matahari terbenam setempat.
Karim Askari, Direktur Eksekutif Yayasan Islam Islandia mengatakan umat Muslim di Islandia bisa mengikuti anjuran manapun sesuai dengan keyakinan mereka.
"Ada yang berpuasa selama 22 jam, ada juga yang mengikuti waktu berpuasa di negara Eropa, seperti Prancis," paparnya.
Di sisi lain, Askari mengatakan kendati berpuasa lebih lama, Ramadan di Islandia justru lebih mudah dijalani.
"Berpuasa di iklim yang panas jauh lebih sulit. Orang cenderung lebih mudah emosi karena lapar dan haus saat cuaca panas, namun di iklim yang dingin, puasa akan lebih mudah," tambahnya.
Selain Islandia, waktu puasa yang cukup panjang juga dijalani umat Muslim di Swedia, Norwegia, dan Finlandia yang berpuasa selama 20 jam.
Adapun umat Muslim di Inggris berpuasa selama 18 jam, sementara di Jerman, puasa berlangsung selama 17 jam. (BBC)