Merajut Persaudaraan Membangun Masyarakat Berkeadaban
Keharusan merajut persaudaraan (ukhuwah) sesama manusia merupakan satu di antara pilar penting untuk membangun masyarakat berkeadaban.
Editor: Dewi Agustina
Kesadaran tentang kesamaan tujuan, bahwa kelompok atau golongan dalam Islam pada dasarnya memiliki kesamaan untuk membumikan pesan-pesan Ilahi dalam kehidupan di dunia saat ini dan nanti.
Kesadaran terhadap perbedaan dan keragaman berbanding lurus dengan absennya sikap mental yang dapat merusak persaudaraan.
Dalam hal ini Alquran menyebutkan secara sangat tandas sejumlah sikap batin dan perilaku yang harus dijauhi.
Alquran melarang sikap memperolok atau merendahkan orang lain, mencela, atau merasa rendah diri, dan memberikan justifikasi menggunakan gelar-gelar buruk.
Memperhatikan
Persaudaraan bisa saja pudar oleh sikap prasangka buruk yang dijadikan sebagai kesimpulan akhir, mencari-cari kesalahan orang lain, dan menggunjingkan kejelekan orang lain, yang diibaratkan seperti memakan bangkai daging saudara sendiri (QS. Al-Hujurat [49]: 11-12).
Sementara kesadaran terhadap persamaan-persamaan akan mendorong kita memiliki sikap saling memperhatikan dan peduli pada pihak lain.
Karena sejatinya kata ukhuwah terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti "memperhatikan".
Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian terhadap semua pihak secara bersama.
Baca: Karyawan Swasta Curiga Buruh Pabrik Sering Gonta-ganti Motor, Ternyata Hasil Curian
Karena itu, Rasulullah SAW mengisyaratkan persaudaraan memiliki makna empati, lebih dari sekadar simpati.
"Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya." (HR Muslim).
Bagaimana melaksanakan dan memelihara persaudaraan itu?
Yang utama dilakukan adalah mengedepankan sikap terbuka, betapapun besarnya perbedaan sekunder dalam paham dan tingkah laku.
Sikap terbuka atas apa yang selama ini menjadi paham dan keyakinan, bahwa masih ada kemungkinan untuk berubah menjadi lebih baik.
Begitu juga sikap terbuka terhadap berbagai paham dan tindakan keagamaan orang lain yang barang kali luput dari kesadaran dan tindakan kita.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.