Tentukan Awal Puasa Melalui Sidang Isbat Hanya di Indonesia? Ini Sejarah dan Lokasi Rukyatul Hilal
Jelang bulan Ramadan, pemerintah melalui Kementerian Agama biasa menggelar Sidang Isbat (penetapan) awal Ramadan. Konon, ini hanya ada di Indonesia.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Jelang bulan Ramadan, pemerintah melalui Kementerian Agama biasa menggelar Sidang Isbat (penetapan) awal Ramadan.
Tahun ini, awal Ramadan 1440H kembali ditetapkan dengan sidang isbat, pada Minggu, 5 Mei 2019.
“Isbat awal Ramadan dilaksanakan 5 Mei, bertepatan 29 Sya’ban 1440 H,” terang Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, diketerangannya, Jumat (26/4/2019).
Menurutnya, sidang itsbat merupakan wujud kebersamaan Kementerian Agama selaku Pemerintah dengan Ormas Islam dan instansi terkait dalam mengambil keputusan, yang hasilnya diharapkan dapat dilaksanakan bersama.
Konon, sidang isbat ini hanya ada di Indonesia. Bagaimana sejarahnya?
Saat masih sebagai Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Calon Presiden Maaruf Amin mengatakan sidang isbat penetapan 1 Syawal hanya ada di Indonesia.
Bahkan, ucap Amin, Arab Saudi, tak menggunakan sistem yang sama untuk menetapkan 1 Syawal.
”Di Arab pun, penetapan hanya dilakukan pemerintah karena tak ada organisasi masyarakat Islam,”
Melansir wikipedia, sidang isbat Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha diselenggarakan oleh pemerintah sejak tahun 1950 dengan tujuan menetapkan hari pertama Bulan Ramadhan, Syawal, dan tanggal 10 Dzulhijjah.
Pada awal penyelenggaraannya, sidang ini hanya sederhana dengan didasarkan fatwa para ulama bahwa negara punya hak untuk menentukan datangnya hari-hari tersebut.
Kemudian mulai tahun 1972, Badan Hisab Rukyat (BHR) mulai dibentuk di bawah Kementerian Agama.
Di dalamnya terdapat para ahli, ulama dan ahli astronomi, yang tugas intinya memberikan informasi, memberikan data kepada Menteri Agama tentang awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Sidang ini diadakan satu hari sebelum hari yang diperkirakan sebagai awal bulan yang dimaksud.
Dalam sidang ini, dihadirkan berbagai ulama, tokoh, dan organisasi masyarakat di Indonesia.
Indonesia menganut cara yang berbeda dengan negara lain dalam melihat hilal.
Kriterianya beda, yaitu penggabungan antara rukyah murni dan hisab murni. Namanya Imkanur Rukyah.