Tidak Semua Puasa Setiap Orang Sama Derajatnya, Berikut 3 Tingkatan Puasa
Mereka yang hanya sebatas tidak makan dan minum serta menahan dari yang membatalkan puasa, golongan ini hanya sebatas "menggugurkan" kewajiban.
Editor: Dewi Agustina
KH Cholil Nafi sLc MA PhD
Ketua Komisi Dakwah MUI
SEBAGAIMANA smartphone yang membutuhkan energi istrik, setiap saat manusia juga sama.
Secara fisik manusia butuh makan dan minum untuk menjaga dan memulihkan energi, secara spiritual memerlukan olah batin secara rutin.
Satu di antara metode olah batin yang diajarkan Allah SWT adalah puasa.
Dilihat dari semua kategori ibadah utama (mahdhah), puasa termasuk "spiritual fast charging" atau cara cepat meningkatkan kualitas spiritual bagi kaum beriman.
Dalam sebuah hadits Nabi SAW disebutkan puasa itu rahasia antara Tuhan dan hamba-Nya.
Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kebaikan berpahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus pahala kebaikan, kecuali puasa. Itu adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberinya ganjaran." (HR Muslim)
Puasa juga sebagai cara efektif untuk menaklukkan musuh Allah bernama setan.
Dalam banyak ayat Alquran disebutkan, setan sebagai musuh yang paling nyata ('aduwwunmubiin) bagi manusia.
Kekuatan setan menggoda manusia tidak akan pernah maksimal tanpa perantara syahwat yang di-support oleh makanan/minuman.
Sementara saat kita berpuasa yaitu tidak ada asupan makanan sehingga menghancurkan, minimal mengurangi syahwat.
Baca: TERPOPULER: Viral Video Pria Teriak Penggal Kepala Jokowi, Gibran Rakabuming: Kita Yang Sabar Saja
Artinya, dengan berpuasa setan tidak atau kurang mampu masuk untuk "merusak" ke dalam tubuh kita.
Dalam konteks ini, frekuensi manusia yang berpuasa memiliki level berbeda jauh dengan setan.
Saat level frekuensi berbeda, berpuasa bisa menjadi perisai bagi para pelakunya dari tinta dosa dan maksiat.
Baca: Amalan Sunnah dan Bacaan Doa Buka Puasa Ramadan 2019/1440 H
Dalam sebuah Hadits, Rasulullah SAW menyatakan: "Sesungguhnya setan akan mengalir dari aliran darah manusia, maka perlemahlah aliran darah itu dengan kondisi lapar." (HR Muttafaqun 'Alaih)