Jejak Hijab di Indonesia, Sekarang Tren, Dulu Jadi Identitas Perjuangan Muslimah Lawan Penjajah
Hijab kini bisa dikatakan jadi busana trendi bagi kaum muslimah. Nah, sebelum ngetren ternyata dalam prosesnya, bagaimana jejak hijab di Indonesia?
Penulis: Anita K Wardhani
Ketika itu, cukup banyak pelajar-pelajar Aceh yang menuntut ilmu ke Tanah Suci. [4] Terbukanya jalur pendidikan ke Tanah suci ini juga dimulai ketika kerajaan Aceh membuka hubungan diplomatik yang intens dengan kekuasaan Ottoman di Turki, yang pada masa itu merupakan salah satu pusat kekuatan peradaban Islam di dunia.
Para siswa yang kembali ke Aceh ini yang kemungkinan besar menjadi pioneer penyebaran budaya hijab hingga ke kalangan masyarakat Aceh (tidak hanya dilingkup kerajaan).
Meskipun begitu, kesadaran untuk menutup aurat sendiri, hampir pasti terjadi di mulai sejak kedatangan Islam di satu daerah, setidaknya ketika perempuan sedang sholat.
G.F Pijper mencatat, istilah ‘Mukena’, setidaknya telah dikenal sejak tahun 1870-an di masyarakat Sunda. Meskipun begitu, pemakaian jilbab dalam kehidupan sehari-hari tidak serta merta terjadi di masyarakat.
Dalam studinya, G. F Pijper menyebutkan, bahwa masyarakat Sunda biasa memakai kerudung putih yang dilipat di atas kepala. Mereka menyebutnya dengan mihramah atau mihram yang awalnya berasal dari bahasa Arab mahramah.
Di pulau Jawa, salah satu tokoh yang begitu gencar mempopulerkan pemakaian hijab adalah Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan.
Ia aktif menyiarkan dan menyatakan bahwa jilbab adalah kewajiban bagi wanita Muslim sejak 1910-an. Ia melakukan dakwah jilbab ini secara bertahap.
Awalnya ia meminta untuk memakai kerudung meskipun rambut terlihat sebagian. Kemudian ia menyarankan mereka untuk memakai Kudung Sarung dari Bombay.
Meski upaya ini sempat mendapat cemooh dari masyarakat, namuan beliau tetap konsisten menekankan pentingnya bagi kaum perempuan menutup auratnya.
Tidak hanya itu, meski beliau juga mendorong wanita untuk belajar dan bekerja, semisal menjadi dokter, ia tetap menekankan wanita untuk menutup aurat dan melakukan pemisahan antara laki-laki dan perempuan.
Organisasi Muhammadiyah sendiri pernah mengungkapkan aurat wanita adalah seluruh badan, kecuali muka dan ujung tangan sampai pergelangan tangan.
Tulisan disarikan dari Gana Islamika dengan judul Perkembangan Hijab di Nusantara