Mengunjungi Masjid Besar Puro Pakualaman Yogyakarta, Prasasti Ditulis Dalam Bahasa Arab dan Jawa
Memasuki serambi masjid ini, langsung disambut tulisan di sebuah tembok persis di tengah gerbang pintu masuk berbunyi "terus luhur terusto raharjo".
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Reporter Tribun Jogja, Yudha Kristiawan
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Mengisi waktu di bulan Ramadan bisa dilakukan dengan beragam ibadah sunnah.
Selain itu, bagi mereka yang menyukai wisata religi bisa berkunjung ke masjid masjid bersejarah yang ada di Yogyakarta.
Salah satunya adalah Masjid Besar Puro Pakualaman Yogyakarta.
Berlokasi persis di sebelah barat Puro Pakualaman masjid ini berdiri.
Masjid Besar Pakualaman atau Masjid Puro Pakualaman namanya.
Melihat arsitektur bangunan masjid ini tak lepas dari gaya bangunan Puro Pakualaman.
Memasuki serambi masjid ini, langsung disambut tulisan di sebuah tembok persis di tengah gerbang pintu masuk berbunyi "terus luhur terusto raharjo".
Kurang lebih ungkapan dalam bahasa Jawa ini bermakna 'jalan lurus menuju kesejahteraan.'
Masjid yang berlokasi di Kauman, Pakualaman, Yogyakarta ini didirikan pada tahun 1831 M oleh Sri Paduka Paku Alam II.
Baca: Kisah Pilu Ustaz Solmed, Pernah Ditipu Sampai Bermalam di Masjid dan Dilempari Batu
Muhammad Djati Hudaya, Wakil Ketua Takmir masjid ini menjelaskan, kala itu, BRM Surjadi atau Sri Paku Alam I (putra Sri Sultan Hamengku Buwono I memberi instruksi kepada KRT Natadiningrat atau Sri Paku Alam II agar membangun sebuah masjid.
"Penjelasan kapan masjid ini didirikan masih bisa dilihat pada prasasti dalam dua bahasa yakni Arab dan Jawa yang diletakkan pada dinding serambi Masjid.Prasasti ini terdiri dari empat buah, dua prasasti dalam bahasa Jawa dan dua lagi dalam bahasa Arab," terang Djati.
Masjid yang terdapat di kauman, Kecamatan Paku Alam, kota Yogyakarta menjadi salah satu Masjid yang menyimpan sejarah perkembangan Islam di Yogyakarta, selain Masjid Gedhe Mataram di Kotagede, Masjid Patok Negara dan Masjid Gedhe Kauman.
Sejarah Masjid Besar Pakualaman