Mutiara Ramadan: Menebar Damai
Dalam kitab suci disebutkan, satu di antara tanda hamba Allah yang Maha Kasih adalah senantiasa menyebar salam (kedamaian).
Editor: Dewi Agustina
Dr Mutohharun Jinan MAg
Dosen Pascasarjana UMS Solo
HIDUP dalam suasana damai merupakan dambaan semua makhluk sepanjang zaman. Manusia merindukan dan memperjuangkan kedamaian agar hidup dalam kebahagiaan.
Begitu juga hewan, membutuhkan kedamaian untuk kelangsungan hidup dalam habitatnya.
Berbagai aktivitas manusia dilakukan demi mendapatkan hidup dalam suasana yang damai dan aman.
Ada yang bekerja keras untuk memperoleh kedamaian secara pribadi dan untuk mendapatkan kedamaian dalam dirinya sendiri.
Ada juga berjuang untuk kedamaian bersama dalam tata hidup bermasyarakat.
Bahkan, tidak sedikit orang yang sukarela mengorbankan dan mengabdikan hidupnya menyebarkan perdamaian antarsesama manusia.
Dalam perjuangan untuk perdamaian seringkali mendapat tentangan.
Ada orang yang dipengaruhi oleh nafsu jahatnya terjerumus dalam prilaku yang bertolak belakang dengan spirit perdamaian.
Dalam kitab suci disebutkan, satu di antara tanda hamba Allah yang Maha Kasih adalah senantiasa menyebar salam (kedamaian).
Disebutkan, "Apabila disapa (diejek) orang jahil mereka mengatakan 'salam'." (QS. Al-Furqan/25: 64).
Dalam ayat ini dirangkai dua sikap yang berbeda yaitu jahil (bodoh) dan salam (damai).
Jahil secara literal berarti bodoh atau tidak tahu.
Dalam ayat tersebut kata jahil mengisyaratkan adanya prilaku mengganggu yang dapat merusak hubungan sosial.