Mutiara Ramadan: Menebar Damai
Dalam kitab suci disebutkan, satu di antara tanda hamba Allah yang Maha Kasih adalah senantiasa menyebar salam (kedamaian).
Editor: Dewi Agustina
Pada bulan Ramadan kaum muslim menjalan ibadah puasa yang hakikatnya adalah pengendalian diri. Termasuk pengendalian diri dari marah, berkelahi, berkata kotor dan lain-lain.
Nabi memerintahkan, "Jika orang mengajakmu berkelahi sedang kamu berpuasa, maka katakan aku sedang berpuasa." (HR. Muslim).
Karena sedang berpuasa menahan diri untuk terlibat dalam kegaduhan, keributan, apalagi perkelahian.
Nafsu yang tidak dikendalikan akan menjadikan hidup selalu gelisah dan arah yang tidak menentu, serta menjauhkan dari ketenangan atau kedamaian.
Untuk menemukan kedamaian diri, Allah memberikan jalan melalui media zikir.
Zikir adalah memasang radar kesadaran jiwa agar selalu tersambung dengan pusat segala sumber kedamaian yakni Allah.
"Orang-orang yang beriman akan menjadi damai berzikir mengingat Allah. Ketahuilhn hanya dengan mengingat Allah hati menjadi damai." (QS Ar-Ra'du/13: 28).
Orang yang sudah mampu menemukan kedamaian dalam dirinya akan mudah menebar kedamaian bersama orang lain.
Sulit dibayangkan bagaimana orang akan hidup damai bersama orang jika dirinya masih diliputi perasaan tidak menentu.
Terlebih jika masih diliputi rasa dengki dan dendam atas ketidakpuasan terhadap suatu keputusan.
Kemuliaan dan keindahan ajaran Islam, satu di antaranya tampak dalam ajaran agar kaum muslim menyebarkan salam atau menyebarkan keselamatan.
Setiap hari kaum muslim mengucapkan kalimat salam yang mengadung doa untuk diri dan orang mendapatkan kedamaian, rahmat, dan barakah Allah.