Launching Program Ramadan di Rumah, Muhammadiyah: Saatnya Tingkatkan Kesalehan Sosial
Pimpinan Pusat Muhammadiyah melaunching program 'Ramadan di Rumah' melalui video conference, Rabu (22/4/2020).
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah melaunching program Ramadan di Rumah melalui video conference, Rabu (22/4/2020).
Melalui program ini, Muhammadiyah menerbitkan tuntunan-tuntunan ibadah dalam bulan Ramadan.
Ketua MCCC PP Muhammadiyah Agus Syamsuddin, mengajak umat Muslim di Indonesia untuk menerapkan kesalehan sosial dalam memasuki bulan Ramadan 1441 hijriyah tahun ini.
"Kami mengajak kepada umat muslim di Indonesia menerapkan kesalehan sosial," ungkapnya dilansir siaran langsung Youtube Muhammadiyah Channel.
Kesalehan sosial yang dimaksud merupakan kepedulian terhadap tetangga sekitar.
"Setiap keluarga untuk bisa melihat tetangganya, ke kiri ke kana ke depan ke belakang," ujarnya.
Baca: Hukum Hubungan Suami Istri di Siang Hari saat Bulan Ramadan, Batal hingga Wajib Bayar Kifarah
Sementara itu, dalam launching program Ramadan di rumah ini, Muhammadiyah memberikan imbauan dari sisi pribadi, keluarga, sosial, hingga pimpinan perserikatan.
Perwakilan MCCC PP Muhammadiyah, Arif Jamali menyampaikan, umat Islam harus memahami Ramadan di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
"Harus paham betul kita menghadapi Ramadan dalam kondisi tidak normal," ujar Arif.
"Sudah satu bulan ini kampanye habis-habisan betapa berbahayanya wabah ini," imbuhnya.
Arif pun mengajak warga Muhammadiyah dan kaum muslimin untuk mempersiapkan diri memasuki Ramadan tahun ini.
Kemudian program Ramadan di Rumah dalam lingkup keluarga juga harus diperhatikan.
"Bagi keluarga, mari memperkuat ketangguhan keluarga," ujarnya.
Baca: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa Ramadan 2020 di 35 Kota Besar Indonesia
Arif menyebut umat Islam perlu memaksimalkan untuk beribadah di rumah.
"Tidak perlu beribadah Tarawih di masjid, semarakkan rumah kita dengan ibadah di bulan Ramadan," ungkapnya.
Tadarus Al Quran pun disebut Arif dapat dilaksanakan di rumah.
Arif juga mengungkapkan, masjid harus tetap berfungsi di bulan Ramadan.
Namun, tidak untuk ibadah berjamaah.
"Tapi untuk syiar Ramadan, masjid dijadikan pusat untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19 ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Arif juga meminta agar para pimpinan perserikatan untuk mengajak warga Muhammadiyah maupun seluruh umat Islam untuk bersama-sama menghadapi Covid-19.
"Pimpinan perserikatan perlu mendorong bersama-sama menghadapi Covid-19 ini," ujarnya.
Pendapat Ketum Muhammadiyah
Sementara itu, Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir meminta agar umat Islam bertindak dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas.
Hal ini sehubungan dengan masih adanya sebagian umat yang ingin salat berjamaah di masjid.
“Jangan semuanya disikapi seolah normal, karena kondisi saat ini darurat. Apa tidak melihat kenyataan betapa dahsyatnya wabah Corona ini, Amerika Serikat saja terbesar korban meninggal," ungkap Haedar, Rabu (22/4/2020) dilansir muhammadiyah.or.id.
Haedar meminta agar tidak menyepelekan wabah Covid-19.
"Kalau Indonesia tidak sebesar AS dan negara lain jumlahnya, justru kita harus tetap waspada dan melakukan pencegahan."
"Ini bukan soal takut atau berani hadapi wabah, tetapi soal ikhtiar yang dari segi agama maupun ilmu dibenarkan untuk usaha mencegah datangnya wabah agar tidak semakin luas,” jelas.
Haedar juga menjelaskan pilihan ibadah di rumah sudah berlaku di seluruh dunia Islam.
Masjdil Haram dan Masjid Nabawi saja tidak dipakai jumatan dan tarawih.
“Ingat, Nabi hanya satu kali tarawih di masjid. Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama. Kenapa begitu ngotot tarawih berjamaah harus di masjid dalam suasana saat wabah meluas?" ujarnya.
"Lebih-lebih dalam darurat, mestinya umat Islam mau mengikuti mayoritas pandangan bahwa selama masa pandemi corona ibadah dilakukan di rumah dengan khusyuk dan berjamaah dengan anggota keluarga,” tutur Haedar.
Haedar juga mengatakan bahwa, Allah SWT dan Nabi memberi jalan keluar dari kesulitan atau kedaruratan.
“Ingat bukan hanya diri orang perorang, wabah ini sudah massal dan menjadi pandemi. Bukankah Nabi mengingatkan La dharara wa la dhirara, jangan berbuat yang menyebabkan kerusakan untuk diri sendiri dan bagi orang lain," ujarnya.
Haedar meminta agar dalam situasi darurat wabah global ini, umat Islam tidak beragama dengan maunya sendiri-sendiri.
"Ikutilah pendapat mayoritas yang dasarnya kuat dari Al-Quran dan As-Sunnah serta konteks situasi darurat umat manusia sedunia yang tengah dihadapi,” ungkap Haedar.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)