Niat dan Tata Cara Salat Tarawih Ramadhan 1441 H di Rumah, Disertai Bacaan Doa Kamilin dan Doa Witir
Berikut ini niat dan tata cara salat Tarawih, disertai bacaan doa kamilin yang bisa dibaca setelah Tarawih. Doa kamilin doa yang pouler.
Penulis: Daryono
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini niat dan tata cara salat Tarawih, disertai bacaan doa kamilin yang bisa dibaca setelah Tarawih.
Salat Tarawih menjadi ibadah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan di bulan Ramadhan ini.
Karena adanya wabah Corona, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau agar salat Tarawih dikerjakan di rumah sebagai upaya memutus penyebaran Covid-19.
Sebenarnya, tak ada perbedaan mengerjakan salat Tarawih di masjid atau di rumah baik dari niat, tata cara hingga doa yang dibaca.
Berikut ini niat, tata cara hingga bacaan doa kamilin yang bisa dibaca setelah Tarawih:
Baca: Niat Shalat Tarawih Sendiri di Rumah, Dilengkapi Bacaan Doa Kamilin
Baca: Bacaan Niat dan Tata Urutan Salat Tarawih Ramadhan 1441 H di Rumah, Disertai Doa Witir
Niat Salat Tarawih
Berikut ini niat salat Tarawih, dikutip dari tulisan DR. Marabona Munthe, Dosen Universitas Islam Negeri Riau (UIN) Riau, dalam artikelnya berjudul Tata Cara salat Tarawih di Rumah Berjamaah dan Sendiri-Sendiri:
1. Bacaan niat sebagai imam salat Tarawih.
Apabila bertindak sebagai imam atau pemimpin salat Tarawih, maka bacaan niatnya adalah sebagai berikut:
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Ushollii sunnatat-taraawiihi rok’ataini mustaqbilal qiblati imaaman lillaahi ta’alaa
Artinya: “Saya niat salat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta’ala.”
2. Bacaan niat salat Tarawih untuk makmum
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat taraawiihi rak’ataini mustaqbilal qiblati ma’muman lillahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat salat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta’ala."
Bacaan niat tersebut bagi yang mengikuti pendapat akan adanya lafazh niat, namun jika tidak, maka sesungguhnya niat adalah amalan hati yang dengan sadar dan sengaja dilakukan.
Tata Cara Salat Tarawih
Selama ini memang ada perbedaan pendapat ulama tentang jumlah rakaat salat Tarawih, yaitu 8 rakaat atau 20 rakaat.
Dua pendapat tersebut sama-sama memiliki dalil yang kuat.
Umat Muslim yang melaksanakan salat Tarawih berjamaah di rumah dipersilakan untuk mengikuti dua pendapat mengenai jumlah rakaat salat Tarawih di atas, sesuai keyakinannya.
Adapun urutan tata cara salat Tarawih berjamaah adalah sebagai berikut:
- Mengucapkan niat salat Tarawih sesuai posisinya sebagai imam atau makmum
- Niat di dalam hati
- Ketika takbiratul ihram mengucap takbir
- Saat takbiratul ihram membaca Surat Al-Fatihah
- Kemudian membaca salah satu surat dalam Al-Qur'an
- Rukuk
- I’tidaal
- Sujud pertama
- Duduk di antara dua sujud
- Sujud kedua
- Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua
- Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama
- Salam pada rakaat kedua (Jika mengikut kepada yang dua rakaat-dua rakaat), lanjut sampat rakaat keempat baru salam (Jika mengikut kepada pendapat yang empat rakaat-empat rakaat).
Bacaan Doa Kamilin
Doa kamilin menjadi doa yang populer dibaca setelah selesai salat Tarawih.
Dalam wawancaranya kepada TribunLampung, Ustaz Asep Abdullah Lc dari Pondok Pesantren Darul Fattah Bandar Lampung mengatakan doa kamilin sebenarnya bisa dibaca kapan saja.
Hal ini karena tidak ada dalil shahih yang menyatakan doa kamilin dibaca pada waktu selesai salat Tarawih.
Redaksi doa inipun tidak ada di dalam Al-Qur'an dan Hadis.
Doa kamilin merupakan doa yang redaksinya berasal dari perkataan atau hasil dari redaksi para ulama yang kemudian membentuk untaian-untaian permohonan doa.
Doa yang redaksinya tidak ada dalam Alquran dan Hadist bukan berari doa itu tidak boleh dibaca.
Di Indonesia, doa kamilin sudah populer dalam pemikiran umat Islam, doa ini dibaca setelah salat Tarawih.
Menurut Ustaz Asep, hal itu tidak menjadi persoalan karena isi doa kamilin tidak menyalahi aqidah.
"Boleh dibaca. Selama doa itu tidak menyalahi akidah. Yang penting tidak berlebihan, misalnya siapa yang tidak menbaca doa kamilin kemudian salat Tarawihnya dianggap tidak sah. Itu juga salah," terangnya.
Dikutip Tribunnews dari TribunBogor, berikut bacaan doa kamilin:
اَللهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ. وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ. وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ. وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ. وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ. وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ. وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ. وَعَنِ الَّلغْوِ مُعْرِضِيْنَ. وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ. وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ. وَبَالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ. وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ. وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ. وَتَحْتَ لَوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ. وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ. وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ. وَعَلى سَرِيْرِالْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ. وَمِنْ حُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ. وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ. وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ. وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ. بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْن. مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا. ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِالشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ. وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِه وَصَحْبِه أَجْمَعِيْنَ. بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allâhummaj‘alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli muaddîn. Wa lish-shlâti hâfidhîn. Wa liz-zakâti fâ‘ilîn. Wa lima ‘indaka thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu‘ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I râdlîn. Wa lin na‘mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta lawâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa ilal haudli wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha‘âmil jannati âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa ka‘sin min ma‘în. Ma‘al ladzîna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allâhummaj‘alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su‘adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj‘alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma‘în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.
Artinya, “Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban- kewajiban, yang memelihara salat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat , yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam."
Niat dan Tata Cara Salat Witir
Setelah melaksanakan salat Tarawih baik 8 rakaat maupun 20 rakaat maka dibolehkan lanjut melaksanakan salat Wwitir sedikitnya 1 rakaat dan lazim dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin sebanyak 3 rakaat, sebagaimana dalam hadis Abu Dawud, Hadits Abu Ayyûb al-Anshâri yang artinya:
"Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam bersabda: “salat Witir wajib bagi setiap muslim. Barang siapa yang ingin berwitir dengan lima rakaat, maka kerjakanlah; yang ingin berwitir tiga rakaat, maka kerjkanlah; dan yang ingin berwitir satu rakaat, maka kerjakanlah!” [HR Abu Dawud, an-Nasâ`i dan Ibnu Mâjah, dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan Abu Dâwud, no. 1421].
Niat Salat Witir
- Niat Salat Witir – 1 rakaat
اُصَلِّى سُنًّةَ الْوِتْرِرَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًاِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatal witri rok ‘atan mustaqbilal qiblati adaa’an (ma’muman/imaman) lillaahi ta’alaa
Artinya: "Saya niat salat Witir satu rakaat menghadap qiblat menjadi makmum karena Allah ta’alaa"
- Niat Salat Witir – 3 rakaat
اُصَلِّى سُنًّةَ الْوِتْرِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatal witri tsalaasa roka’aatin mustaqbilal qiblati adaa’an (ma’muman/imaman) lillaahi ta’alaa
Artinya: "Saya berniat salat Witir tiga rakaat menghadap kiblat menjadi (ma’muman/imaman) karena Allah ta’alaa"
Tata Cara Salat Witir
Salat Witir boleh dikerjakan 3 rakaat salam (3 rakaat sekaligus, tanpa tasyahud awal), atau pertama dikerjakan 2 rakaat, kemudian 1 rakaat.
Bacaan surat yang dibaca setelah membaca Al-Fatihah pada 3 rakaat salat Witir, menurut Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
Pada rakaat pertama membaca surat Al-A‘la, pada rakaat kedua membaca surat Al-Kafirun, dan pada rakaat ketiga membaca surat Al-Ikhlash. Dalam hadts Nabi disebutkan sebagai berikut:
Artinya: “Dari Ubay bin Ka‘ab (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Bahwa Nabi SAW pada salat Witir pada rakaat yang pertama selalu membaca Sabbihisma Rabbikal-A‘la dan pada rakaat yang kedua membaca qul yaayyuhalkafirun dan pada rakaat yang ketiga membaca qul Huwallahu Ahad.” [HR. an-Nasa’i, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah].
Bacaan Setelah Witir
Dikutip dari buku Tuntunan Ibadah pada Bulan Ramadan di Masa Darurat Covid-19 yang diterbitkan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, setelah selesai 3 rakaat salat Witir, disunatkan membaca doa:
Subhanal malikil quddus.
Artinya: “Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan Yang Maha Bersih.”'
Dibaca tiga kali, dengan suara nyaring dan panjang pada bacaan yang ketiga.
Lalu membaca:
Robbal malaikati warruh
Artinya: “Yang Menguasai para Malaikat dan Ruh/Jibril.”
Berdasarkan hadis:
Artinya: “Dari Ubayy Ibnu Ka‘ab (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Adalah Rasulullah saw apabila selesai dalam salat Witir membaca Subhanal Malikil Quddus [Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan Yang Maha Bersih]” [HR. Abu Dawud].
Artinya: “Dari Ubayy Ibnu Ka‘ab (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Adalah Rasulullah saw melakukan Witir dengan membaca sabbihisma Rabbikal-A‘la, qul yaayyuhalkafirun dan qul Huwallahu Ahad; dan apabila selesai salam ia membaca Subanal-Malikil-Quddus [Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan Yang Maha Bersih] tiga kali dan menyaringkan suaranya dengan yang ketiga, serta mengucapkan Rabbilmala’ikati warruh [Tuhan malaikat dan ruh]” [HR. ath-Thabarani, di dalam alMu‘jam al-Ausath].
(Tribunnews.com/Daryono) (TribunnewsBogor/Sanjaya Ardhi)