Dari Jualan Es Mambo di Istiqlal, Jusuf Hamka Pengusaha Tionghoa Bercita-cita Bangun 1000 Masjid
Keunikan bentuk Masjid Babah Alun Desari tak lepas dari kisah pengusaha Tionghoa. Masa kecilnya jualan es di Istiqlal membuatnya bercita cita mulia.
Editor: Anita K Wardhani
"Saya diminta sama Allah mengharumkan nama islam dengan cara saya sendiri. Saya gak pandai ceramah, saya gak pandai ngaji, tapi buat tempat-tempat wisata religi muslim ini menebarkan syiarnya aja," kata Jusuf.
"Mungkin tahun depan bisa 10 (masjid) atau di tahun 2023. Terus nanti kalau gak tercapai (1000), saya wasiatkan ke anak saya, anak dan cucu semua terusin aja, semampunya aja. Kalau gak mampu yasudah, itu semua adalah gerak Allah," imbuhnya.
Keberagaman Dalam Bangunan Masjid Babah Alun
Masjid Babah Alun Desari, yang dibangun oleh Jusuf Hamka menjadi salah satu destinasi wisata religi di Jakarta Selatan.
Lokasinya ada di pinggir Gerbang Tol Depok-Antasari, tepatnya tak jauh dari Gerbang Tol Cilandak Utama, Jakarta Selatan.
Bangunan tersebut dominasi dengan warna merah. Kalau dilihat sekilas, tampak seperti kuil atau klenteng.
Akan tetapi, pada bagian tengahnya, terdapat sebuah kubah yang menjadi cirikhas dari sebuah masjid.
'Masjid Babah Alun' begitu tulisannya.
Dengan warna merah menyala, serta bentuk atap yang melengkung, masjid ini menggambarkan budaya khas Tionghoa.
Tampilan ala oriental tersebut juga didukung dengan ornamen-ornamen lainnya seperti pintu, jendela, serta tiang-tiang pilar yang berdiri kokoh.
Menurut Jusuf, arsitektur masjid Babah Alun sendiri memang dibuat dengan akulturasi 3 budaya sebagai simbol keberagaman.
Diantaranya budaya Tionghoa, budaya Arab dan budaya Betawi.
Untuk budaya islami, dituangkan lewat kubah yang dilengkapi kaligrafi Asmaul Husna pada bagian dalam masjid.
Selain itu masjid ini juga dipercantik dengan sentuhan-sentuhan khas betawi pada beberapa bagiannya.