Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Kisah Jusuf Hamka, Masjid Babah Alun Desari dan Pahit-getir Perjuangannya di Masa Susah

Masjid Babah Alun Desari dikenal dengan arsitekturnya yang unik bernuansa oriental di pinggir Gerbang Tol Cilandak, Jakarta Selatan.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Kisah Jusuf Hamka, Masjid Babah Alun Desari dan Pahit-getir Perjuangannya di Masa Susah
TribunJakarta.com/Pebby Ade Liana
Masjid Babah Alun Desari, masjid unik dengan bangunan bernuansa oriental. Arsitekturnya diambil dari akulturasi 3 budaya, yakni budaya Tionghoa, Arab, dan Betawi sebagai simbol keberagaman. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masjid Babah Alun Desari dikenal dengan arsitekturnya yang unik bernuansa oriental di pinggir Gerbang Tol Cilandak, Jakarta Selatan.

Kini masjid ini menjadi salah satu destinasi wisata religi di daerah Jakarta Selatan. Mungkin Anda belum tahu, masjid ini dibangun oleh seorang pengusaha kaya raya bernama Jusuf Hamka.

Pembangunan masjid tersebut, menjadi ikhtiarnya dalam mencapai cita-cita membangun 1000 masjid untuk umat islam.

Ada makna tersendiri di balik janji pembangunan 1000 masjid dari seorang Jusuf Hamka.

Sebelum menjadi pengusaha kaya raya pengelola Jalan Tol di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur, Jusuf Hamka dahulu hanyalah seorang pedagang es mambo di depan Masjid Istiqlal.

Masjid Babah Alun Desari, masjid unik dengan bangunan bernuansa oriental. Arsitekturnya diambil dari akulturasi 3 budaya, yakni budaya Tionghoa, Arab, dan Betawi sebagai simbol keberagaman.
Masjid Babah Alun Desari, masjid unik dengan bangunan bernuansa oriental. Arsitekturnya diambil dari akulturasi 3 budaya, yakni budaya Tionghoa, Arab, dan Betawi sebagai simbol keberagaman. (tribunjakarta/pebby)

Pengalamannya di masa kecil, membuat pria berdarah Tionghoa ini tertarik untuk belajar dan mengetahui tentang agama islam.

Baca juga: Kisah Pengusaha Tionghoa Jusuf Hamka Penasaran Salat hingga Ucapkan Syahadat di Depan Buya Hamka

Berita Rekomendasi

"Dulu saya hidup karena ditolongin orang. Dari hasil sedekah orang. Saya jual es mambo, temen saya dulu omsetnya misalnya Rp 100 ribu, saya pulang bisa bawa Rp 130 ribu,"

Baca juga: Gelar Bukber, Masjid Ramlie Musofa Sediakan 100 Porsi Makanan Setiap Hari Selama Ramadan

"Karena apa? Orang tuh, kalau beli duit lebihannya 'udah ambil deh', mereka sedekah, kasih infaq ke saya. Pembeli saya, dulu kebanyakan jamaah Masjid Istiqlal. Saya bilang kok orang islam baik-baik ya," kata Jusuf pada TribunJakarta.com.

Tak ada kekayaan yang didapat begitu saja. Ungkapan ini, menggambarkan perjuangan seorang Jusuf Hamka dalam mengawali hidupnya sebagai anak "jalanan".

Saat berjualan es mambo di depan Masjid Istiqlal, Alun Joseph nama kecilnya, sering kali mendapat sedekah dari hasil pembelian es mambo para jamaah.

Mereka sering kali meninggalkan kembalian, atau lebihan uang pembelian es kepada Joseph.

Pengusaha kaya raya Jusuf Hamka yang juga merupakan seorang mualaf berdarah Tionghoa.
Pengusaha kaya raya Jusuf Hamka yang juga merupakan seorang mualaf berdarah Tionghoa. (istimewa/ instagram @jusufhamka)

Hal ini, yang rupanya menjadikan seorang anak bernama Joseph itu mulai penasaran akan kebaikan umat muslim yang ditemuinya.

Belum lagi, teman-temannya dahulu juga beragama muslim dan sering dilihatnya melakukan salat.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas