Begini Pandangan Islam Tentang Perempuan Jadi Pemimpin
Menjadi perdebatan dikalangan masyarakat mengenai peran wanita sebagai seorang pemimpin. Bagaimana pandnagan Islam?
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alivio
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjadi perdebatan dikalangan masyarakat mengenai peran wanita sebagai seorang pemimpin.
Seperti yang diketahui, mayoritas pemimpin memang kebanyakan pria.
Pemimpin perempuan hanya ditemukan di sebagian kecil masyarakat.
Sebenarnya, terkait kepemimpinan, Islam tidak melarang perempuan untuk menjadi pemimpin.
Bahkan, dalam perspektif agama Islam pun, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, Imam Besar Masjid Istiqlal, mengungkapkan bahwa jika merujuk pada ajaran Islam, inti dari ajaran Islam itu tidak membeda-bedakan derajat seseorang berdasarkan jenis kelamin.
“Semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah. Islam memandang kesetaraan gender dan kesetaraan manusia secara umum baik dalam hal kompetensi spiritual, intelektual maupun fisik,” ucap Prof. Nasaruddin, dalam webminar, Selasa (27/4/2021).
Selain itu, ia juga menjelaskan arti dari kepemimpinan yang dimaksud dalam surat Al-Baqarah ayat 30.
"Ayat ini kan (An-Nisaa, 4: 34) ayat keluarga kalau kita liat sebab usulnya itu ayat-ayat domestik masalah rumah tangga ini nggak ada kaitannya dengan pemilu nggak ada kaitannya dengan dunia publik," ungkapnya.
"Tapi terlihat jelas di Al-Quran ayat 30 semua sama, tidak ada perbedaan seorang kepemimpinan antara wanita dan pria," tambahnya.
Berikut bunyi surat Al-Baqarah ayat 30:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Wa iż qāla rabbuka lil-malā`ikati innī jā\'ilun fil-arḍi khalīfah, qālū a taj\'alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā`, wa naḥnu nusabbiḥu biḥamdika wa nuqaddisu lak, qāla innī a\'lamu mā lā ta\'lamụn.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Ayat tersebut menjelaskan semua manusia itu sama, yaitu menjadi khalifah dan menciptakan kemaslahatan di muka bumi. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya,” (HR Muslim 3408).
Hadits itu menjelaskan tugas dan kewajiban semua manusia sama, yaitu menjadi seorang pemimpin.
Minimal menjadi pemimpin diri sendiri dan setiap kepemimpinannya diminta pertanggungjawaban nanti.
Bahkan Allah menyebut nama-nama perempuan mulia di Alquran.
Dalam hal ini, Prof. Nasaruddin berharap agar kedepannya masyarakat tidak mempersalahkan hal ini khususnya jelang pemilu apabila ada calon pemimpin seorang wanita.
"Jadi jangan masih mempersoalkan ayat ini (An-Nisaa, 4: 34) menjadi tameng buat laki-laki untuk memojokan perempuan, sudah jelas tertulis di Al-Quran (Al-Baqarah, 2: 30) dan hadist, bahkan di Al-Quran lebih menonjolkan feminim book daripada maskulin book," pungkasnya.