Masjid Lautze Jakarta Jadi 'Jembatan' Etnis Tionghoa Mengenal Islam, Sudah Mualafkan Ribuan Orang
Imam Masjid Lautze, Naga Qiu menyebut masjid ini didirikan, H. Yunus Yahya, seorang tokoh china beragama muslim di bawah Yayasan Karim Oei pada 1991.
Editor: Anita K Wardhani
Selain itu, ada sejumlah kaligrafi dengan tulisan gaya mandarin mengelilingi ruangan. Selain itu, terdapat ornamen lampion di dekat mimbar.
Bukan tanpa alasan, desain itu dipilih agar bagi etnis Tionghoa yang mau memeluk agama Islam tidak takut.
"Kadang kan salah satu kendala orang-orang yang ingin mencari islam kan kadang-kadang mereka malu dalam bertanya, kedua ada rasa takut," ungkapnya.
"Tapi dengan adanya Masjid Lautze, justru kita bangkitkan. Bertanya apa saja, silakan tanya. Bahkan saya sering kalau menghadapi calon mualaf justru saya tantang tanyakan kepada saya sesuatu yang tidak bisa saya jawab. Karena dengan begitu bisa jadi ilmu baru buat saya," sambungnya.
Di sisi lain, masjid ini hanya dibuka untuk umum mulai pukul 08.00 WIB-17.00 WIB.
Selain itu, selama bulan Ramadan, ibadah salat Tarawih hanya dilakukan pada hari Sabtu saja.
"Misalnya, kalau kita Tarawih kita tidak setiap hari. Karena kan kita jamaahnya itu jauh-jauh, nah itu kita fokuskan di setiap Sabtu aja. Mulai dari Ashar kita ada sedikit kajian ringan, kemudian buka puasa bersama, sampai Tarawih," ungkapnya.
Namun, untuk 10 hari terakhir bulan Ramadan, masjid ini akan terbuka untuk masyarakat muslim yang ingin beritikaf.
Masjid ini juga terbuka saat Hari Raya Idulfitri 1443 H. Jamaah akan melakukan salat ied hingga makan bersama seperti budaya etnis Tionghoa.
Naga menyebut Masjid Lautze ini tidak lepas dari campur tangan Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ. Habibie.
Awalnya, bangunan masjid ini memang sebuah ruko. Yunus dan Ali Kaim Oei, anak dari Abdul Karim Oei menyewa untuk yayasan tersebut. Namun, pemilik ruko meminta agar rukonya itu dibeli.
"Akhirnya pak Haji Ali dan pak Yunus Yahya menggadaikan sertifikat rumahnya untuk pinjaman uang ke Bank," ucapnya.
Dengan kebingungan untuk membayar cicilan, maka Ali dan Yunus meminta bantuan ke Presiden Soeharto.
"Dari bantuan Pak Harto Alhamdulillah tidak banyak protokol gitu. Pak Habibie bilanh, ini duitnya sudah ada, kok nggak diambil? Oleh karena itu, diambil dan lunasi, serifikat diambil lagi dan diresmikan ada tandatangan Pak Habibie waktu itu beliau masih Menristek," ungkapnya.
Kini, lanjut Ustaz Naga, pengurus Masjid Lautze terus mensiarkan islam khususnya untuk warga etnis Tionghoa yang mau mengenal dan memeluk islam.
"Kalau ajaran agama kita kan bukan ajaran agama rasis, jadi ketika kita sudah masuk Islam, dengan lingkungan sekitar juga yasudah jadi melebur," ungkapnya.