Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

4 Ciri Orang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar, jadi Dekat pada Allah dan Tak Mudah Marah

Berikut ciri-ciri orang yang mendapatkan malam Lailatul Qadar. Adanya perubahan pada diri seseorang, Ibadah meningkat dan tidak mudah marah

Penulis: Bangkit Nurullah
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in 4 Ciri Orang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar, jadi Dekat pada Allah dan Tak Mudah Marah
Freepik
Ilustrasi Lailatul Qadar - 4 Ciri Orang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar, Buya Yahya: Dekat pada Allah dan Tak Mudah Marah 

Dari Siti Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Rasulullah saw. meningkatkan kesungguhan (ibadahnya) di sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan), hal yang tidak beliau lakukan pada (hari) lainnya(HR Muslim, Ibnu Majah, Khuzaimah dan Ahmad).

Bahkan Rasulullah memerintahkan kita untuk memburu

تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ

“Carilah malam lailatul qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadan” [ Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169 ].

E. Mengajak keluarga untuk menghidupkan malam lailatul qadar

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata “Rasulullah saw. ketika memasuki sepuluh terakhir Ramadan beliau menghidupkan malam itu, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya” (HR Muslim).

Baca juga: Apakah Menelan Ludah Membatalkan Puasa? Simak Inilah Hukum dan Penjelasannya

F. Minimal salat isya dan subuh berjamaah

BERITA TERKAIT

Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dari sekelompok ulama Madinah dan dinukil pula sampai pada Ibnu ‘Abbas disebutkan,

أَنَّ إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمُ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ

“Menghidupkan lailatul qadar bisa dengan melaksanakan salat isya berjamaah dan bertekad untuk melaksanakan salat subuh secara berjamaah.”

Ibnul Musayyib menyatakan,

مَنْ شَهِدَ لَيْلَةَ القَدْرِ ـ يَعْنِي فِي جَمَاعَةٍ ـ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا

“Siapa yang menghadiri salat berjamaah pada malam lailatul qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam lailatul qadar tersebut” (HR. Malik).

Dalam perkataan Imam Syafi’i yang qadim (yang lama),

مَنْ شَهِدَ العِشَاءَ وَ الصُّبْحَ لَيْلَةَ القَدْرِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا

“Siapa yang menghadiri salat isya dan salat subuh pada malam lailatul qadar, maka ia telah mengambil bagian dari malam tersebut.”

Hal di atas sesuai keumuman hadis dari ‘Utsman bin ‘Affan, dari Rasulullah.

مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ

“Siapa yang menghadiri salat isya berjamaah, maka baginya pahala salat separuh malam. Siapa yang melaksanakan salat isya dan subuh berjamaah, maka baginya pahala salat semalam penuh” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221).

(Tribunnews.com/Bangkit N/Serambinews.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas