Siswa Dipulangkan, Toko Tutup, dan Ada Fenomena Air Pasang Tinggi
Warga Kabupaten Simeulue Kota Sinabang Nangroe Aceh Darusslam (NAD) masih dicekam ketakutan pasca gempa 7,2 skala richter yang berpusat di Kota Sinabang, Rabu (7/4/2010) pukul 05.15 WIB tadi.
Penulis: Prawira
"Dikabarkan terjadi pasang air laut, kami semua cemas meski sebenarnya ini fenomena biasa bagi kami yang hidup di pinggiran pantai, selain itu ini juga bukan tanda-tanda bakal terjadi tsunami," kata Zulkarnain warga Kecamata Simeulue Timur yang dihubungi Tribunnews.com, Rabu (7/4/2010 beberapa saat lalu.
Akibat kepanikan ini sejumlah pertokoan tutup dan sekolah diliburkan. "tadi pagi sebenarnya sebagian anak-anak tetap pergi sekolah, namun oleh pihak sekolah mereka dipulangkan, alsannya takut terjadi sesuatu yang tak terduga," kata Zulkarnain yang berprofesi sebagai pedagang ini.
Warga Simeulue sebenarnya menurut Zulkarnain memang sudah terbiasa dengan guncangan gempa. "Tapi walaupun terbiasa, gempa kali ini membuat kepanikan karena goncangannya lebih kuat dari gempa tahun lalu. Bayangkan saya sampai tidak bisa berdiri tegak, dan kami cuma bisa berpelukan sekaluarga di dalam rumah," katanya.
Kepulauan Simelue memang rawan gempa. Gugusan Kepulauan Simeulue yang terdiri beberapa pulau besar dan kecil (± 40 buah) berada tepat di atas persimpangan tiga palung laut terbesar dunia, yakni pada pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Australia dan lempeng Samudera Hindia.
Sehingga pada saat terjadinya gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004 yang ber-episentrum di ujung barat Pulau Simeulue, pulau ini mengalami kerusakan sarana prasarana sangat parah.
Namun jumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut relatif minim, hal ini disebabkan masyarakat setempat sudah mengenal secara turun temurun peristiwa yang disebut sebagai smong,karena peristiwa serupa yakni tsunami pernah terjadi pada tahun 1907 sehingga apabila terjadi gempa besar diikuti oleh surutnya air laut dari bibir pantai secara drastis dan mendadak, maka otomatis tanpa disuruh seluruh penduduk, tua muda, besar kecil laki-laki dan perempuan beranjak meninggalkan lokasi menuju tempat-tempat ketinggian atau perbukitan guna menghindar dari terjangan smong atau tsunami tersebut.(Tribunnews.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.