Perang Dentuman di Dua Bibir Sungai kapuas
Dentuman meriam karbit menggema di segenap penjuru Kota Pontianak. Gelegar dan getarannya bahkan terasa hingga lima kilometer.
Editor: Juang Naibaho
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Dentuman meriam karbit menggema di segenap penjuru Kota Pontianak, Kamis (9/9/10) malam. Gelegar dan getarannya bahkan terasa hingga radius lima kilometer.
Tembakan dari moncong meriam berdiameter sekitar 50 sentimeter itu balas membalas dari dua bibir Sungai Kapuas. Di kedua bibir sungai yang dikitari geretak atau jembatan kayu, masing-masing persatuan meriam karbit mendirikan poskonya.
Tembakan dari puluhan pucuk meriam yang dibuat dari kayu itu pun dilancarkan dari arah seberang, yakni Pontianak Selatan, menuju Pontianak Timur. Dari atas Jembatan Kapuas I, pemandangan ini terlihat indah.
Tembakan yang menyemburkan api, sesekali diselingi tembakan kembang api yang pecah membentuk cipratan bintang-bintang kecil di kelamnya langit. Di tengah sungai, perahu-perahu dengan aneka lampu lalu lalang membawa orang yang ingin menikmati sensasi "perang meriam" ini.
Polisi berjaga-jaga di lintasan kendaraan roda dua di tepi Jembatan Kapuas I. Sebab, biasanya pengendara berhenti di tempat itu untuk menyaksikan festival meriam karbit dari ketinggian, sehingga mengakibatkan arus lalu lintas "tersumbat".
Para pengunjung diperbolehkan ikut menyalakan meriam. Tak jarang kekagetan terasa, karena dentumannya betul-betul di luar perkiraan.
Dalam radius 10 meter pun dari arah berlawanan, kibasan udara panas tetap terasa. Belum lagi getarannya yang seakan hendak merobohkan tembok.
Beginilah suasana malam takbiran di Kota Khatulistiwa, yang tetap meriah meski siraman di bawah guyuran hujan.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.