400 "Orang Pintar" Istighosah di Keraton Yogyakarta
Banyaknya cobaan dan ujian yang menimpa Yogyakarta dalam kurun waktu 1 bulan terakhir membuat sejumlah abdi dalem Kraton...
Editor: Anwar Sadat Guna
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Banyaknya cobaan dan ujian yang menimpa Yogyakarta dalam kurun waktu satu bulan terakhir membuat sejumlah abdi dalem Keraton bersama 400 orang "pintar" se-Provinsi Yogyakarta berkumpul dan melakukan doa bersama (istighosah) yang dilakukan di ruangan Pegelaran Keraton Yogyakarta, Minggu (7/11/2010) pukul 15.00-17.30 WIB.
Menurut Abdi Dalem Kraton, Giri Pawoko mengatakan bahwa dalam istiqosah yang berlangsung hikmat tersebut dihadiri secara lasngusng Sri Sultan Hamengkubuweno X setelah mengantarkan Presiden SBY melakukan kunjungan ke barak pengungsian.
"Beliau turut hadir bersama sembilan kyai dan 400 orang 'pintar'," jelas Giri Pawoko Kepada Tribunnews, Minggu (7/11/2010).
Giri Pawoko juga menambahkan bahwa istiqosah tersebut sengaja dilakukan guna meminta agar semua cobaan dan deraan bencana yang mendera Yogyakarta melalui Gunung Merapi agar segera berakhir dan berhenti sehingga bisa kembali normal seperti biasanya.
"Ini acara pertama kalinya dilakukan semenjak Merapi, dan selanjutnya kita belum tahu apakah akan ada lagi (letusan) atau tidak," jelas Giri Pawoko.
Selanjutnya abdi dalem tersebut juga mengatakan bahwa pada kesempatan itu Sri Sultan Hemengkubuwono hanya berpesan dan meminta agar seluruh masyarakt Yogyakarta agar bisa sabar dan tabah dalam menghadapi semua cobaan yang ada, serta selalu mengingat kepada sang pencipta agar cepat selesai.
Sementara itu, menurut pemuka agama atau ulama Keraton Yogyakarta , KRT Drs.H.Ahmad M Kamaludiningrat, saat ditemui secara terpisah, mengatakan, dirinya tak mengetahui banyak tentang acara istighosah tersebut, mengingat jika hal tersebut merupakan kehendak dari kraton, maka dirinya sudah dipastikan akan mengetahui pasti acara tersebut.
"Saya tidak tahu mengenai hal itu, makanya saya salat di masjid Agung. Mungkin saja acara tersebut merupakan inisiatif dari masyarakat di Yogyakarta, kerana saat ini kraton sudah bersifat terbuka, jadi semua aspirasi di persilahkan saja asal tidak bertentangan," jelasnya.