Taman Wisata Candi Borobudur Rusak Berat
Semburan pasir dan abu vulkanik Merapi menghancurkan tanaman dan pepohonan di semua sudut areal Taman Wisata Candi Borobudur
Editor: Juang Naibaho
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Semburan pasir dan abu vulkanik gunung Merapi yang terjadi beruntun dalam sepekan terakhir menghancurkan tanaman dan pepohonan di semua sudut areal Taman Wisata Candi Borobudur, Mungkid, Magelang, Jateng.
Dari pantauan Tribun sepanjang Minggu (7/11/2010) dinihari hingga pagi tadi, kerusakan candi termasyhur di Indonesia itu termasuk berskala berat. Banyak pepohonan tumbang dan daunnya rontok, rumput dan tumbuhan indah di taman layu tertutup abu dan pasir.
Taman dan objek wisata Candi Borobudur ditutup hingga 7 November sejak letusan pertama Merapi tanggal 26 Oktober 2010. Namun melihat perkembangan di lapangan menyusul kerusakan berat di areal taman, pemulihan warisan dunia itu akan memerlukan waktu sangat lama.
Ketebalan pasir dan abu di TWCB rata-rata antara 1-2 cm. Komplek percandian kemarin tetap ditutup total semua pintunya. Tak ada satupun orang yang naik kecuali sejumlah kecil petugas keamanan yang menjaga sekeliling candi.
Hotel Manohara, yang berada di dalam komplek TWCB, juga hampir nol tingkat okupansinya. Satu pasangan wisatawan asal Belgia merupakan pengunjung terakhir hotel persis berhadapan dengan candi. "Pagi ini setelah sarapan mereka check-out," kata seorang staf hotel.
Pascaletusan tanggal 26 Oktober 2010, hotel itu mulai sepi pengunjung. "Paling parah ya sejak letusan Jumat lalu. Banyak yang membatalkan pemesanan kamar," imbuh staf yangmenolak disebut namanya itu.
Menurut seorang petugas keamanan yang menjaga komplek percandian, pengelola TWCB sudah melakukan pembersihan total setelah letusan pertama Merapi. Namun menyusul hujan pasir dan abu Sabtu sore, Candi Borobudur kemungkinan akan ditutup hingga Merapi kembali ke status aktif normal.
Di komplek TWCB, sepanjang pagi hingga siang, puluhan pekerja memotong dahan dan ranting pepohonan yang bertumbangan karena tak kuat menahan beban pasir dan abu. Cuaca yang kering membuat debu beterbangan ke mana-mana menyesakkan mata.
Dampak letusan Merapi sepanjang dua pekan terakhir ini di sektor barat gunung memang luar biasa. Hampir semua pepohonan mulai Srumbung, Muntilan, hingga Mungkid tak ada lagi yang berdiri tegak.
Bermacam vegetasi, mulai pohon bambu, beringin, kelapa, rambutan, jambu air dan lain sebagainya roboh atau patah dahannya. Pemandangan ini terlihat sangat masif sejak masuk wilayah Kabupaten Magelang di kecamatan Salam.
Ketika tim Tribun melintasi Muntilan pada Minggu dinihari, kota itu terlihat gelap gulita. Aliran listrik padam total akibat kerusakan jaringan PLN. Satu dua perkantoran, seperti bank yang ada gerai ATM, listriknya menyala menggunakan genset.
Di pertigaan Prumpung, listrik menyala sebagian. Setelah masuk ke arah Kota Mungkid, aliran listrik padam total hingga sekitar wilayah TWCB. Pemandangan mengenaskan juga terlihat di komplek Candi Mendut dan Candi Pawon.
Sebuah pohon beringin raksasa di komplek Candi Mendut dahannya yang sebesar tubuh orang dewasa patah dan menjuntai menyentuh tanah. Di sekeliling komplek Candi Pawon yang merupakan bagian tak terpisahkan dari poros Mendut-Borobudur, juga terlihat rusak berat.
Tak ada satu pun pepohonan yang tegak berdiri. Dampak letusan Merapi di sektor barat ini pada Minggu kemarin nyaris luput dari perhatian media, lembaga kemanusiaan, dan pemerintah. Ada banyak titik pengungsian baik di Muntilan maupun Magelang yang masih kekurangan logistik.
Di Desa Pabelan, tak jauh dari pertigaan Prumpung, terdapat dua lokasi darurat yang ditangani oleh Pemkab Magelang. Kemudian ada titik pengungsian cukup besar di kantor kecamatan dan Polsek Muntilan, serta di komplek SMA Van Lith Muntilan.
Di Balai Desa Borobudur, terdapat 160 KK pengungsi asal Kecamatan Dukung, di lereng barat Merapi. Selain di balai desa, ada tiga titik pengungsian lain, yang diisi ratusan warga dari desa- desa yang rusak berat tersapu hujan pasir dan material vulkanik Merapi.(*)