Vemmy Pusung Bekerja Sepenuh Hati Bantu Pengungsi
Bencana tak selamanya meninggalkan cerita perih bagi masyarakat yang mengalaminya. Kadang ada hal positif yang didapat ketika harus
Editor: Anwar Sadat Guna
Laporan Wartawan Tribun Manado, Warstef
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Bencana tak selamanya meninggalkan cerita perih bagi masyarakat yang mengalaminya. Kadang ada hal positif yang didapat ketika harus meninggalkan rumah menuju tempat pengungsian untuk menghindari ancaman bahaya.
Seperti itulah pelajaran yang didapat Vemmy Pusung (32), warga Kelurahan Kinilow Lingkungan VI.
Hampir dua pekan ibu dua anak ini harus mengungsi akibat letusan Gunung Lokon, dan selama itu pula ia mengabdikan diri bagi sesama dengan membantu di dapur umum menyiapkan makanan bagi warga lainnya.
Tak pernah menerima honor, apalagi gaji tetap. Istri tercinta Wahyudi Laiman ini memilih melakukannya dengan sukarela.
"Relawan lain saja yang membantu tak meminta gaji, masa saya sebagai pengungsi harus minta gaji untuk membantu. Saya hanya membantu saja dengan senang hati, tak termotivasi untuk mendapatkan imbalan,' ujar Vemmy Kepada Tribun Manado, Sabtu (23/7/2011).
Senyumnya terus mengembang saat diwawancarai, tak tampak lelah meskipun dalam melaksanakan rutinitas yang sangat banyak yang harus diselesaikan di dapur umum.
Ia mengaku banyak ilmu yang didapat tentang masak memasak selama berada di pengungsian, terutama bagaimana menyiapkan makanan bagi orang banyak.
Maklum ibunda tercinta Wahyudi Laiman tersebut hobbynya memang masak.
Ia aktif terlibat dalam kegiatan catering, yang biasanya menyiapkan makanan untuk 500 orang dalam setiap kegiatan.
"Mengurus pengungsi ternyata lebih sulit, karena jumlahnya lebih banyak yang mencapai ribuan orang. Berbeda dengan catering yang hanya 500-an saja. Tapi, bersyukur karena ada pengalaman baru," ucapnya.
Menurut Vemmy, cukup sulit menyiapkan konsumsi bagi pengungsi. Selain waktu istirahat tersita, kerja juga tanpa henti.
"Sulit juga karena terkadang tidak tidur, karena harus menyiapkan konsumsi. Baru selesai menyiapkan untuk sarapan pagi, sudah harus dilanjutkan untuk masak makan siang. Jam tidur jadi lupa, bahkan hari dan tanggal juga," katanya.
Belum lagi ketika mereka harus diomelin pengungsi lainnya, karena makanan yang disajikan kadang berbeda selera.
"Jika ada pengungsi lain yang mengeluh karena makanan tak sesuai selera, saya selalu menasehati untuk tidak boleh mengeluh seperti itu. Karena sulit untuk memasak di dapur menyiapkan makanan bagi banyak orang," tutur Vemmy.
Beruntung memang karena rekannya yang lain bisa memahami masalah yang terjadi dalam penyiapan konsumsi.
"Soal kadang nasi mentah itu wajar, karena kadang cepat-cepat untuk menyiapkan makanan bagi banyak orang. Jadi daripada mengeluh, lebih baik ikut membantu supaya semua tersaji dengan baik," tukasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.