Beri Kami Biaya Hidup
Sebagian warga korban erupsi sepulang dari pengungsian berharap Pemerintah bermurah hati memberi mereka biaya hidup sebelum mendapatkan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Sebagian warga sepulang dari pengungsian berharap Pemko Tomohon bermurah hati memberi mereka biaya hidup sebelum mendapatkan pekerjaan. Sehingga dapat menafkahi keluarga setelah hampir dua pekan kehilangan mata pencarian. Mereka warga Kinilow I dan Kakaskasen I.
"Dengan banyaknya bantuan masuk. Saya berharap pemerintah memberikan santunan minimal bisa mengongkosi hidup beberapa hari saja. Sebab, setelah pulang saya tak bisa langsung bekerja menghasilkan uang," ujar Yakob Takalamingan (71), warga Kinilow I Lingkungan VI, Minggu (24/7/2011).
Dia mengaku selama berada di pengungsian penghidupannya sebagai penjual kue sirna karena konsumen utama yang berada di lokasi galian C tak lagi bekerja akibat lokasi masuk zona bahaya. "Kue yang saya buat biasanya dijual ke lokasi galian, karena mereka tak lagi disana, maka pendapatan otomatis berkurang. Bahkan terancam tak mendapat penghasilan," ungkapnya.
Yakob bahkan mengaku akan segera menjual sejumlah barang yang dinilainya berharga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama istrinya. "Karena tak ada kerja, mungkin saya harus menjual barang agar bisa mendapat uang, sebab saya bukan pensiunan yang mendapat tunjangan setiap bulan," katanya.
Apalagi, saat di pengungsian pembagian bantuan tidak merata, padahal yang masuk sangat banyak. "Bantuan yang diberikan terkesan pilih kasih, karena tidak merata. Banyak sekali warga, tapi pemberian tikar, selimut hanya terbatas saja, bahkan ada yang baru diberikan di saat akhir sebelum pulang," ucap Yakob.
Dintje Mandagi (57), warga Kakaskasen I Lingkungan VI, yang berprofesi sebagai penjual sayur juga terancam kehilangan pencarian. Sebab, kebunnya berada di zona bahaya dekat Gunung Lokon. "Saya takut pergi ke kebun untuk mengambil sayuran karena kondisi Gunung Lokon masih berpotensi membahayakan," tuturnya.
Setiap hari dari hasil jualan sayur, kata Dintje bisa menghasilkan Rp 75 ribu untuk memenuhi kebutuhan keluarga. "Tapi karena sekarang tak lagi ada penghasilan setelah mengungsi hampir dua pekan, maka saya mungkin akan menjual sebidang tanah disamping rumah. Sudah ada yang menawar," tegasnya.
Hal berbeda diungkapkan Empi Nangka (49), warga Kinilow Lingkungan II. Ia mengaku nekad pergi ke tambang batu (galian C) untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga. "Jika saya tak bekerja, lalu keluarga akan makan apa. Jadi aktivitas ditambang akan tetap dilakukan meski dalam zona bahaya, yang penting berhati-hati. Jika terlihat tanda-tanda bahaya, ya pasti saya lari menyelamatkan diri," ujarnya.
Setiap pekan, katanya dari hasil tambang bisa diperoleh penghasilan Rp 400 ribu hingga 1 Juta rupiah. Soal larangan pemerintah, ia mengaku tak terlalu takut. "Jika ada yang berjaga di jalur menuju tambang, maka akan dicari jalan lain agar bisa tetap bekerja," kata Empi.
John Rori, Koordinator Pemulangan Pengungsi mengatakan pemerintah belum menyiapkan santunan untuk korban letusan Gunung Lokon. "Belum dipikirkan soal santunan, sebab pemerintah masih berkonsentrasi menghitung kerugian yang ditimbulkan," tukasnya.
Belum semua pulang
Kemarin, janji Pemko memulang pengungsi letusan Gunung Lokon terealisasi. Sedikitnya 5.062 pengungsi dipulangkan kendati Gunung Lokon masih dalam status awas atau level IV. Sebanyak 203 pengungsi lainnya dari 57 kepala keluarga yang berdomisi di Kinilow Lingkungan I dan Kinilow I Lingkungan V hanya direlokasi, dan di tempatkan di Taman Kota hingga ada pemberitahuan lanjutan untuk pemulangan setelah daerah mereka dinyatakan aman dari ancaman bahaya letusan Gunung.
"Pemerintah masih menunggu rekomendasi lagi dari Badan Vulkanologi, jika semua wilayah sudah dinyatakan aman tentu akan dipulangkan semua. Yang dipulangkan baru masyarakat di radius di atas 3 ribu meter, sesuai rekomendasi yang diterima," ujar Arnold Poli, Komandan Komando Tanggap Darurat Gunung Lokon, kemarin.
Sekretaris Kota Tomohon belum bisa memastikan kapan semua pengungsi akan dipulangkan, sebab hingga kini belum ada kejelasan kapan status awas Gunung Lokon akan diturunkan. "Status Lokon masih awas sesuai rekomendasi Badan Vulkanologi, belum ada kejelasan kapan akan diturunkan. Jadi warga harus tetap waspada," tegasnya.
Dia mengatakan sewaktu-waktu pengungsi bisa diungsikan lagi, jika Gunung Lokon kembali menunjukkan aksi dan menebar ancaman bagi masyarakat yang berada di zona bahaya. "Personil dan semua sarana pendukung termasuk sarana transportasi masih disiagakan, jika letusan terjadi dalam skala besar, semua warga yang terancam bahaya akan diungsikan lagi," tegasnya.
Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana belum memastikan kapan status diturunkan, karena aktifitas Lokon masih terlihat. "Mau turunin, turunkan aja sendiri," ujarnya sambil berlalu meninggalkan Pos Pemantau Gunung Api Lokon dan Mahawu dengan mobil ketika dikornfirmasi wartawan soal status gunung.
Gunung Lokon sendiri kembali meletus, Minggu sekitar pukul 10.35 Wita. Letusan ditandai dengan muntahan abu vulkanik dari Kawah Tompaluan Gunung Lokon dengan tinggi sekitar 100 meter. Tak ada dampak yang ditimbulkan akibat letusan di Tomohon, sebab abu yang membubung tinggi ke udara segera tersapu angin ke arah barat laut menjangkau wilayah Desa Agotey dan Sea.
Christianto, Kasubid Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur mengatakan letusan kali ini energinya lemah, sehingga abu vulkanik yang dikeluarkan hanya sedikit. "Tingginya hanya sekitar 100 meter," ujarnya saat memantau letusan dari Pos Pemantau Gunung Api Lokon dan Mahawu.
Sebelum letusan, suplai energi dari dalam gunung ke permukaan terus terjadi sejak pukul 00.00-06.00 Wita, yang ditandai dengan terjadinya dua kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo maksimum 4-43 mm dan lama gempa 55-57 detik. Selain itu, terjadi 2 kali gempa gempa vulkanik dalam (VA) dengan amplitudo maksimum 21-45 mm dan lama gempa 12-15 detik dan sp 1,5 detik.
Lalu sekali gempa vulkanik dangkal (VB) dengan amplitudo maksimum 7 mm dan lama gempa 10 detik, serta 5 kali gempa hembusan dengan amplitudo maksimum 6-32 dan lama gempa 17,5-42 detik. Kondisi sama juga terlihat pada pukul 06.00-12.00 Wita. Dari sesmograf terlihat 3 kali gempa vulkanik dalam, dan 2 kali gempa vulkanik dangkal juga 4 kali gempa hembusan. Terekam juga gempa tremor dengan amplitudo 0,5-3 mm (dominan 2 mm) yang menandakan berlangungnya suppy energi. Ancaman bahaya juga masih sama, yakni terjadinya letusan magmatig disertai dengan lontaran material pijar, pasir dan hujan abu tebal dengan atau tanpa diikuti aliran awan panas.
Pengungsi senang
Pemulangan ribuan pengungsi mulai pukul 13.00 Wita. Mereka diangkut bus milik TNI AL, bus sekolah milik Dinas Perhubungan dan Infokom Kota Tomohon, truk, juga milik masyarakat yang memiliki kendaraan sendiri.
Pemulangan pengungsi mendapat pengawalan ketat dari Jajaran Polres Tomohon. Sebuah mobil Patwal Sat Lantas mengawal bus sejak dari lokasi pengungsian hingga ke rumah-rumah warga.
Kabag Ops Polres Tomohon Kompol Linus Kendek mewakili Kapolres AKBP Marlien Tawas mengatakan pengungsi yang dipulangkan hanya mereka yang berada di lokasi aman. "Yang berada di lokasi bahaya, belum diizinkan pulang. Masih tetap tinggal di tempat pengungsian (Taman Kota)," ujarnya saat mengevakuasi warga di Taman Kota.
Setelah puyang suasana di Kelurahan Kinilow kembali ramai, sekitar pukul 13.45 Wita. Ini setelah dipulangkannya ribuan pengungsi akibat letusan Gunung Lokon. Sorak sorai warga yang mengungsi terdengar menggemuruh saat turun dari truck yang mengangkut mereka dari lokasi pengungsian. Senyum tawa terlihat terus mengembang dari wajah mereka.
Ketegangan yang sempat menyelimuti dua pekan terakhir seolah sirna setelah mereka bisa pulang ke rumah. "Pulang rumah, pulang rumah," tutur sejumlah pengungsi dari lad bak truck yang mengangkut mereka. Sintje Matindas, warga Kinilow mengatakan sangat senang karena perhatian pemerintah dan instansi terkait lainnya seperti Polisi, TNI untuk menjaga keamanan mereka.
"Sekarang kondisi jadi lebih ringan, tidak terlalu takut, tapi kami tetap waspada sebab Gunung Lokon masih dalam status awas," ujarnya dengan senyum. Anas Undap, warga Kinilow Lingkungan II mengaku senang karena warga lainnya sudah bisa kembali dengan selamat. "Kampung jadi lebih ramai, padahal sebelumnya sangat sunyi karena banyak yang mengungsi," tuturnya.
Anas sendiri tak ikut mengungsi meski Gunung Lokon berstatus awas. "Saya tetap berjaga memantau kondisi Lokon, jika membahayakan langsung lari menyelamatkan diri," tukasnya.
Sejak pagi warga di pengungsian telah berkemas. Pantauan Tribun Manado di Taman Kota pengungsi ada yang telah mengemas dan membawa barang-barangnya sendiri ke rumah. Selain itu, mereka juga mendahului proses pemulangan dengan melakukan ibadah syukur.
Hermanus Watung, Lurah Kinilow mengatakan tidak semua warga yang ada di wilayahnya akan dipulangkan. Sebagian warga yang berada di daerah Patar Kinilow Lingkungan I masih direlokasi karena berada pada zona bahaya. "Ada sekitar 28 keluarga yang masih direlokasi, belum diizinkan kembali karena dalam zona bahaya," ujarnya.
Dia mengaku senang, sebab meski Gunung Lokon masih berstatus awas dan menebar ancaman dengan letusan tiba-tiba, namun warga dalam kondisi aman. "Yang penting semua sehat-sehat, dan tidak ada korban," tegasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.