Evakuasi Ratusan Imigran yang Hanyut Dilanjutkan Pagi Nanti
Jalur yang ditempuh para imigran sehingga bisa masuk ke Indonesia, yakni, Dubai, Thailand, Kuala Lumpur, lalu ke Jakarta.
Editor: Anwar Sadat Guna
Laporan Wartawan Surya
TRIBUNNEWS.COM, TRENGGALEK - Jalur yang ditempuh para imigran sehingga bisa masuk ke Indonesia, yakni, Dubai, Thailand, Kuala Lumpur, lalu ke Jakarta.
Setelah terkumpul 250 orang, yang mayoritas laki-laki, para mafia perdagangan manusia tersebut memasang tarif cukup mahal yakni 5.000 dolar Amerika (sekitar Rp 45 juta) per orang dewasa, dan 2.500 dolar Amerika (sekitar Rp 22,5 juta) untuk anak-anak.
Kapal yang ditumpangi para imigran ini awalnya dinakhodai tiga orang dari Indonesia.
Namun, saat singgah di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, ketiganya kabur meninggalkan para imigran. Para imigran ini akhirnya menakhodai sendiri kapal dan meneruskan perjalanan.
Sampai di lokasi kejadian, kapal mereka terbalik dan tenggelam. “Dia orang Indonesia, sayang kami lupa namanya. Dia yang memberikan kapal kepada kami,” imbuh seorang imigran, Esmat Adine (25).
Kapolsek Watulimo, AKP Choiril yang dikonfirmasi menyatakan, dua buah kapal nelayan dengan ukuran cukup besar sudah diberangkatkan untuk melakukan evakuasi sekitar pukul 18.00 WIB.
Namun, proses evakuasi terkendala, karena tidak ada kapal cepat yang memadai. Untuk mencapai lokasi, setidaknya dibutuhkan waktu sekitar tiga jam.
Tim evakuasi kembali akan melakukan pencarian pagi nanti terhadap ratusan imigran yang masih hilang di tengah laut.
Ini bukan pertama kali imigran gelap asal Timur Tengah kedapatan akan menyeberang ke Australia melalui Indonesia.
Pada 1 November lalu, kapal kayu ukuran 18 meter X 7 meter yang membawa sekitar 68 orang asal Iran, Pakistan, dan Afganistan tenggelam di perairan Palawangan, Pantai Majingklak, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Ciamis.
Sebanyak 46 orang ditemukan selamat dan delapan penumpang tewas. Sisanya diduga tenggelam.
Beberapa kali aparat keamanan juga menahan puluhan imigran yang akan naik kapal laut melalui Pacitan dan Madura.
Jalur Indonesia menjadi primadona para imigran karena Indonesia wilayah paling dekat dengan Australia. Laut Selatan atau Samudera Indonesia berhadapan langsung dengan perairan utara Australia.
Begitu dekatnya, para nelayan pemberani dari Sukabumi, Banten, Pangandaran, Pameungpeuk, Cilacap, dan Pacitan, sudah biasa masuk ke teritori laut Australia.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah kapal berisi 250 imigran gelap asal Timur Tengah ditemukan tenggelam di laut, sekitar 10 mil dari Pantai Prigi, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Sabtu (17/12/2011).
Sebanyak 25 orang berhasil diselamatkan sebuah perahu nelayan, dan sedikitnya sembilan penumpang tewas, serta 216 orang lainnya belum ditemukan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.