Tangis Anak Yatim di Pidie Aceh Menyambut Lebaran
Mereka tak dapat menahan keharuan saat menuturkan cerita pilu itu
Editor: Yudie Thirzano
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur
TRIBUNNEWS.COM, PIDIE - Lebaran Idul Fitri tahun ini menyisakan cerita duka di kalangan keluarga yatim dan miskin di pedalaman Kabupaten Pidie, NAD. Ratusan anak-anak yatim menyambut lebaran dengan tangis, karena tidak dibelikan baju baru oleh ibunya.
Kisah duka ini setidaknya diungkap oleh beberapa satu keluarga yatim di Kemukiman Reubee, Kecamatan Delima, dan penjual pakaian di Pasar Garot, Kecamatan Indrajaya. Mereka juga tak dapat menahan keharuan saat menuturkan cerita pilu itu kepada Serambinews.com (Tribun Network) yang bertandang ke rumah mereka, Senin (20/08/2012) malam.
“Tahun ini sangat berat, saya tidak mampu membelikan baju baru buat mereka. Sawah yang menjadi satu-satunya mata pencaharian kami gagal panen karena kemarau panjang, beasiswa yang saya harapkan dapat menjadi solusi sementara juga tak kunjung masuk ke rekening,” ungkap Darma (33) warga Desa Daboh sambil menunjuk ke arah dua buah hatinya.
Darma adalah janda muda yang baru enam bulan ditinggal mati suaminya. Sejak itu, dia menjadi satu-satunya tulang punggung bagi dua putri mereka yang masih duduk di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Reubee. Keduanya adalah, Maulita (kelas VI) dan Nisa (kelas V). Selain berstatus yatim, keluarga ini juga masuk kategori miskin.
Keadaan serupa, kata Darma, juga dialami oleh sejumlah keluarga yatim dan miskin lainnya di Kemukiman Reubee. “Malah ada yang sampai mengutang hingga Rp 400 ribu untuk kepentingan membuka rekening bank. Seharusnya kalau memang beasiswa tidak cair, jangan disuruh buka rekening dulu, karena semakin menambah berat beban kami,” ujarnya.
Fauzi (38), paman kedua bocah yatim itu mengatakan, selama bulan Ramadan lalu, ia kerap mendatangi BPD (Bank) Aceh di Pasar Grong-grong, untuk mencari tahu informasi seputar pencairan berita. “Tapi sampai satu hari menjelang meugang, tidak ada tanda-tanda uang itu cair. Sangat banyak orang tua anak yatim yang datang ke bank untuk kepentingan yang sama,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, bea siswa anak yatim sebesar Rp 1,8 juta per tahun untuk 123.354 penerima, sampai pertengahan Agustus lalu belum juga cair. Padahal semestinya, dana bantuan pendidikan tersebut sudah bisa dimanfaatkan menjelang tahun ajaran baru, Juli 2012 lalu.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Bakhtiar Ishak, mengakuinya. Bahkan menurutnya, selain beasiswa anak yatim, bantuan tunjangan kesejehteraan guru sebesar Rp 157 miliar dan dana bantuan operasi sekolah SMA,SMK dan MA sebesar Rp 86,87 miliar juga belum disalurkan.
Hal ini lanjutnya, terjadi karena terbentur Permendagri yang baru yang mewajibkan penerima dana hibah dari APBD harus membuat kesepakatan dan proposal penggunaan dana. Ia khawatir, kalau pemberian bantuan dana hibah kepada anak yatim itu harus diwajibkan membuat proposal, maka program penyaluran beasiswa bisa-bisa tidak tersalurkan seluruhnya.