Keroncong Tetap Eksis Kendati Digerus Zaman
Keroncong memang lahir dan tumbuh di negeri sendiri.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Dedy Herdiana
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Keroncong memang lahir dan tumbuh di negeri sendiri. Namun sayang jadi meredup sekitar 1960-an akibat derasnya arus musik populer bergenre rock sejak 1950-an, ditambah dengan musik barat seperti Beatles yang masuk ke Indonesia.
Untungnya, keroncong yang mulai bergema di Nusantara sekitar abad ke-19 dan telah mencatatkan sejarah sebagai musik penyemangat perjuangan kemerdekaan Indonesia itu masih ada yang memainkan dan menikmatinya, walaupun hanya segelintir lapisan masyarakat.
Beberapa kalangan masyarakat yang memainkan dan menikmati keroncong ada di Bandung, seperti grup musik Keroncong Asli Merah Putih (KMP) pimpinan Retno S Purwanto (yang juga pernah dipublikasikan di Tribun Jabar), grup The Oxygen, Blue Moon, Orkes Keroncong Gema Awangga pimpinan H Ali Mardjono, Semangat Muda pimpinan Hj Yuli Rahayu, dan Orkes Keroncong Sederhana pimpinan H Suryono di Cimahi.
Tiga orkes keroncong yang terakhir itu yang mencoba tidak hanya melestarikan, tapi juga berupaya mengembangkannya dengan terkadang memadukan instrumen musik lain dalam penampilannya berkeroncong ria. Seperti mengolaborasikan musik keroncong dengan angklung, drum, dan organ.
"Kesamaan semangat itu yang akhirnya menyatukan ketiga grup keroncong dalam berkegiatan. Hingga melahirkan Keluarga Apresiasi Keroncong Bandung dan Cimahi pada Desember 2007. Kemudian berubah menjadi Lembaga Apresiasi Keroncong Bandung pada 8 Agustus 2008," tutur Soewito Sudarman (71), selaku Pembina Lembaga Aspirasi Keroncong Bandung (LAKB) saat ditemui Tribun, Kamis (23/5).
Meski kerap mengolaborasikan dengan instrumen lain dalam penyajiannya, lanjut Soewito, instrumen khas keroncongnya tetap tidak dihilangkan. Selain untuk menjaga kekhasan iramanya, juga untuk dikenalkan kepada generasi muda sekarang yang lebih mengenal instrumen populer.
Adapun instrumen khas keroncong itu ada 7 instrumen. Yakni ukulele cuk (berdawai 3), ukulele cak (berdawai 4), gitar melodi, biola, flute, selo, dan kontrabas yang semuanya harus dimainkan secara akustik.
LAKB yang sekarang ini antara lain diawaki Soewito selaku Pembina, Herlin Radjiman sebagai penasihat, Drs Suwarno selaku ketua, H Ali Mardjono sebagai wakil ketua, Romdhoni sebagai Sekjen, dan H Suryono selaku bendahara, serta Teguh S Hartono dan Leli Setiawati di Bidang Event, diakui Soewito bukanlah sebuah grup orkes keroncong. Namun hanya sebagai pengurus, pengapresiasi musik keroncong yang semuanya berusia mulai 30 tahun ke atas dan sekarang bersekretariat di Kompleks Bumi Panyileukan E-14 No 21, Bandung.
"Jadi orkes keroncong manapun boleh tampil dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan LAKB. Yang penting selain bisa bernostalgia, yang paling penting bisa melestarikan dan mengembangkan seni budaya bangsa ini," katanya.
Berubahnya nama dari Keluarga Apresiasi Keroncong Bandung dan Cimahi menjadi LAKB, kata Soewito tidak mengubah fungsi dan perannya yang hanya sebagai koordinator untuk melakukan kegiatan bersama-sama semua grup musik keroncong yang ingin melestarikan dan mengembangkannya.
Dengan menjadi LAKB, menjadikan lebih banyak grup musik keroncong yang gabung dalam kegiatan, seperti sekarang ini kegiatan pun kerap diikuti oleh grup-grup atau pencinta keroncong dari berbagai daerah seperti Jakarta, Depok, Cianjur, Tasikmalaya, Cirebon, Garut, dan Purwakarta, bahkan ada yang dari Tegal, Klaten, dan Madiun.
"Jadi lingkupannya semakin luas, tidak hanya Bandung dan Cimahi saja. Dan dengan organisasi yang berbadan hukum ini jadi memudahkan kami untuk mengajukan bantuan kepada pihak manapun dalam upayanya melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa musik keroncong, dengan berkegiatan yang tidak komersil ini," ungkapnya.
Gebrakan awalnya dimulai pada 2007 saat masih menggunakan nama Keluarga Apresiasi Keroncong Bandung Cimahi dengan kegiatan Bandung Lautan Bunga. Saat itu acara dimeriahkan 3 grup orkes keroncong, yakni Gema Awangga pimpinan H Ali Mardjono yang beralamat di Muararajeun Lama, Semangat Muda pimpinan Hj Yuli Rahayu dari Jalan Cikampek, Antapani, dan Sederhana pimpinan H Suryono dari Cimahi.
Setelah menjadi LAKB, kegiatan pun makin kerap dilaksanakan. Bahkan hampir setiap momen-momen peringatan hari besar nasional selalu digelar kegiatan pentas musik keroncong di Metro Trade Centre (MTC) atau di Bandung Trade Mall (BTM). Pada awalnya, yang tertarik kebanyakan kalangan tua, tapi setelah digelarnya Karaoke Festival Tembang Keroncong tahun 2010, mulai terlihat yang muda-muda yang menyukai musik keroncong.
Selain itu LAKB juga pernah menggelar Pentas Spesial Apresiasi Senandung Keroncong yang dikolaborasikan dengan pementasan wayang orang humor sebagai bentuk hiburan. Mereka juga sempat menggelar Festival Nyanyi Tembang Keroncong memperebutkan piala Gubernur Jabar dan Wali Kota Bandung, bahkan kemarin, juga baru menggelar pementasan Mempringati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2013 dengan menghadirkan puluhan penyanyi yang berusia tua dan muda.
"Kami akan terus berupaya mengajak kalangan muda untuk mengenal keroncong. Agar mereka tahu bahwa keroncong adalah musik yang menjadi penyemangat para pejuang dalam meraih kemerdekaan. Sekaligus sebagai budaya bangsa yang harus dilestarikan dan dikembangkan," ujarnya.