Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Kadis Perhubungan Lembata Tewas di Kebun

Mantan Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lembata tewas di kebunnya

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Mantan Kadis Perhubungan Lembata Tewas di Kebun
IST
ILUSTRASI 

 Laporan Wartawan Pos Kupang, Feliks Janggu

TRIBUNNEWS.COM, LEWOLEBA--Aloisius Laurensius Wadu (61), mantan Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lembata, Minggu (9/6/2013) subuh tewas di kebunnya di bilangan Walakeam, Kota Lewoleba, Lembata.

Aloisius ditemukan tewas dengan bercak darah di lantai papan persis di samping kanan kamar mandi di kebunnya. Korban diduga terbentur benda keras pada kepalanya setelah tergelincir pada lantai papan yang basah diguyur hujan semalam.

Pada lokasi kejadian masih terlihat bercak darah yang diduga keluar dari hidung dan kepala korban. Namun sebab pasti kematian Aloisius, masih diselidiki aparat Kepolisian Resor (Polres) Lembata.Keluarga pun meragukan jika kematian Aloisius karena kecelakaan.

Lokasi kejadian hanya terpaut sekitar 200 meter berhadapan dengan Rumah Makan dan Restoran Moting Lomblen di Jalan Trans Lembata, Kota Lewoleba.Tempat Aloisius setiap hari melakukan aktivitasnya pada masa pensiun.

Informasi yang diperolah Pos Kupang di lokasi, pada malam kejadian, Aloisius tidak ditemani siapa-siapa. Keluarga pun baru mengetahui Aloisius meninggal pada keesokan harinya, Minggu (9/6/2013).

Berita Rekomendasi

Sedangkan keluarga yang mengangkat jasad Aloisius masuk ke dalam pondok menduga korban meninggal pada Minggu (9/6/2013) subuh. Sebab, saat jasadnya diangkat pakaian korban tidak basah, bercak darah juga masih segar.

"Kalau kejadiannya malam, pakaiannya pasti basah kena hujan. Tetapi tadi saat anak-anaknya angkat, pakaian korban tidak basah. Darahnya juga masih segar," kata Vinsen Wadu, adik Aloisius Laurensius Wadu kepada Pos Kupang di lokasi kejadian.

Vinsen juga meragukan jika almarhum kakaknya itu meninggal karena tergelincir pada lantai papan di samping kamar mandi.

"Dia tidak punya riwayat penyakit. Dia masih kuat dan segar. Kalau dia jatuh, dia pasti ada upaya. Dia tidak mungkin meninggal karena jatuh. Saya tidak percaya," kata Vinsen.

Bersama polisi dan masyarakat, Vinsen pun menunjukan polisi gerbang terbuka yang memasuki kompleks pondok tempat kejadian. Selama ini, demikian Vinsen, gerbang pagar itu tidak pernah dibuka agar ternak sapi tidak masuk ke kebun.

Vinsen mengatakan, Sabtu (8/6/2013) malam Aloisius tidak kembali ke kediamannya di bilangan Rayuan Kota Lewoleba. Diduga kuat, almarhum tidak kembali ke kediamannya karena hujan terus mengguyur Kota Lewoleba sepanjang malam itu.

Pantauan Pos Kupang di sekitar lokasi kejadian sudah dipasang police line atau garis polisi. Bersama aparat Polres Lembata, ratusan masyarakat Kota Lewoleba berbondong ke kebun yang berjarak sekitar 200 meter dari Pelabuhan Lewoleba.

Sedangkan Aloisius dibawa keluarganya ke rumah sakit untuk divisum setelah bersemayam di pondoknya. Selanjutnya almarhum disemayamkan di rumah duka di Rayuan, Lewoleba.

Jatuh, Bunuh Diri atau Dibunuh

KEPALA Kepolisian (Kapolres) Lembata, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Marthen Johannis melalui Kasat Serse, Iptu Jefri S. Puling kepada Pos Kupang di lokasi kejadian mengatakan, polisi masih menyelidiki penyebab kematian Aolisius Laurensius Wadu. Jefri mengatakan, paling tidak ada tiga kemungkinan motif kematian Aloisius.

"Tempat kejadian perkara (TKP)-nya sudah rusak. Ada beberapa kemungkinan motif kematian korban. Korban bisa meninggal karena jatuh, meninggal karena bunuh diri atau dia bisa meninggal karena dibunuh. Kami akan selidiki," kata Jefri.

Jefri menjelaskan, saat polisi turun ke lokasi, jasad Aloisius sudah diangkat keluarga dari TKP ke dalam pondoknya. Waktu kejadian belum diketahui, apakah pada malam hari atau pagi hari itu. "TKP itu menjadi dasar bagi kami untuk mengembangkan penyelidikan. Tetapi TKP-nya sudah rusak," kata Jefri.
Ia ke lokasi bersama dengan Kasat Intel Polres Lembata dan para penyidik Polres Lembata.

Visum yang dilakukan tenaga medis, kata Jefri, diperlukan agar mengetahui perkiraan waktu kejadian naas malam itu. "Yang paling penting sebenarnya olah TKP. Tetapi TKP-nya sudah rusak. Sedangkan visum itu nanti untuk mengetahui tentang benturan di kepalanya karena apa," ujar Jefri. *

Tags:
Sumber: Pos Kupang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas