Istri Gubernur NTT Diteror SMS Gelap
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dan keluarga diteror melalui pesan singkat atau short message service (SMS)
Editor: Budi Prasetyo
Diduga Terkait Pilgub Putaran Kedua
Laporan Wartawan Pos Kupang, Gerardus Manyella
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG--Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dan keluarga diteror melalui pesan singkat atau short message service (SMS) yang diduga terkait Pilgub NTT putaran kedua yang dimenangkan Paket Frenly, Rabu (12/6/2013).
Teror SMS ke nomor telepon seluler Ny. Lusia Adinda Lebu Raya dan menyasar adiknya Gubernur NTT itu, berbunyi, "Selamat pagi ibu gub,jangan kira kamu menang,kalaupun kamu menang pasti akan ada tumbal, kami akan berusaha untk menghabiskan salh satu adiknya Frans Lebu Raya yang sangat gampang kami temui dikantor gubernur,kami sudah ualng2 mau ketemu tetapi katanya ada sakit berat,jangan pernah bermimpi kalau keluarga besar kamu bahagia, tksh.."
Ny. Lusia Adinda Lebu Raya belum berhasil dikonfirmasi terkait teror ini. Pos Kupang mendatangi kediaman di Oepoi, Rabu (12/6/2013), namun Ny. Lusia sedang keluar. "Ibu sedang keluar," ujar seorang anggota Satpol PP.
Sementara Wakil Ketua DPD PDIP NTT yang juga Juru Bicara Paket Frenly, Gusti Beribe, saat dihubungi pertelepon semalam
menjelaskan, Pak Frans, keluarga, tim pemenang dan segenap jajaran PDIP serta partai koalisi tidak mau terjebak dalam teror dan ancaman yang sengaja dimainkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab itu.
Menurut Gusti, teror itu sudah sejak pilgub putaran pertama dan sering terjadi pada putaran kedua.
"Pak Frans dan Ibu sering mendapat SMS teror tapi keduanya tetap tenang. Kami bersyukur punya pemimpin yang tenang seperti Pak Frans. Kami tidak mau terjebak dalam permainan teror meneror dan ancam mengancam. Itu cara berpikir politik lama," kata Gusti.
Frenly dan tim, diakui Gusti, menerima apa adanya, apa langkah politik rakyat. "Kita hormati keputusan rakyat yang sedang berproses. Rakyat NTT diharapkan tidak terpancing dengan teror dan ancaman yang sifatnya memprovokasi dan memecah belah keharmonisan," kata Gusti.
Gusti menegaskan, sebuah keputusan politik, ada yang suka dan ada yang tidak suka. Bagi yang tidak puas terhadap pilihan rakyat, itu sah-sah saja. Tidak usah ditanggapi.
"Kami sedang berpikir untuk menyatukan seluruh kekuatan rakyat NTT untuk membangun daerah ini lima tahun ke depan, tidak mau berlelah-lelah memikirkan teror," tegasnya. *