Gus Mus Akan Buka Konferwil NU Jateng
Wakil Rois Aam PBNU KH Mustofa Bisri yang akrab dipanggil Gus Mus akan membuka Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jawa Tengah,
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Wakil Rois Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri yang akrab dipanggil Gus Mus akan membuka Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jawa Tengah, Minggu (23/6/2013) pagi.
Menurut Sekretaris Steering Committee (SC) Konferwil NU Jateng, Najahan Musyafak, sekitar 400 undangan akan hadir dalam perhelatan di komplek SMP-SMA Semesta, Gunungpati, tersebut.
Adapun peserta konferensi yang berlangsung sehari itu terdiri atas 36 PCNU se-Jateng, PWNU, utusan lembaga, dan badan otonom. "Persiapan tempat dan materi sudah beres. Nanti yang memiliki hak memilih hanya 36 PCNU dan satu dari PWNU Jateng,” terang Najahan yang juga wakil ketua Dewan Tanfidziyah NU Jateng ini.
Konferwil itu beragendakan pemilihan ketua Tanfidziyah PWNU Jateng dan Rais Syuriyah. Menurut Najahan, sejauh ini ada empat nama calon ketua Tanfidziyah yang beredar, yaitu Abu Hafsin, Niam Syukri, Zein Yusuf, dan Agus Sofwan.
"KH Mohammad Adnan, ketua Tanfidziyah sekarang, tidak akan mencalonkan lagi demi proses kaderisasi di dalam organisasi. Tetapi, beliau tetap berkomitmen ikut membantu memajukan organisasi," imbuhnya.
Sejumlah nama kandidat calon Rais Syuriyah juga sudah beredar. Mereka antara lain KH A'wani (Rembang) yang sekarang menjabat Rais Syuriyah, KH Ubaidillah Shodaqoh (sekarang Katib Syuriyah), KH Anik Muhammadun (Pati), dan KH Chalwani (Purworejo).
Gus Mus mewakili Rois Aam PBNU KH Sahal Mahfudz yang tak dapat hadir karena kesehatannya. Ketua Umum Tanfidziyah PBNU KH Said Agil Siradj juga absen.
Para ulama dari seluruh PCNU yang hadir juga akan membahas kaitan Pancasila dengan keyakinan umat dalam forum Bahtsul Masail. Menurut Kyai Ubed, panggilan akrab KH Ubaidillah Shodaqoh, pertemuan itu akan membahas apa yang harus dilakukan pemerintah terhadap kelompok atau organisasi yang menolak dan menganggap Pancasila sebagai ideologi kekafiran.
Bahtsul Masail yang merupakan pembahasan masalah umat dalam perspektif hukum Islam itu bertemakan “Bersama Membangun Bangsa”. "Pembahasannya antara lain bagaimana hukumnya menghormati simbol negara yang telah menjadi konsensus nasional. Kemudian bagaimana hukum menyatakan Pancasila dan NKRI sebagai ideologi kufur atau thaghut," kata Kyai Ubed.
Menurutnya, para delegasi cabang telah dihubungi jauh-jauh hari. Mereka juga telah menerima materi Bahtsul Masail.
Biasanya terjadi perdebatan cukup dinamis dalam forum semacam ini, apalagi menyangkut masalah kenegaraan. "Tapi pasti akan mudah mencapai mufakat untuk menyusun jawaban yang tepat,” tandasnya.
Hasil keputusan Bahtsul Masail akan disebarluaskan menjadi pedoman bagi umat Islam. PWNU Jateng juga akan memberikannya kepada pemerintah sebagai rekomendasi penindakan. (sha/bbb)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.