Ratusan Ton Gabah Petani Oekopa Tersapu Banjir
Ratusan ton gabah petani yang sudah selesai dipotong oleh petani di Desa Oekopa tersapu banjir,
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Pos Kupang, Jumal Hauteas
TRIBUNNEWS.COM, KEFAMENANU--Ratusan ton gabah petani yang sudah selesai dipotong oleh petani di Desa Oekopa, Kecamatan Bikomi Tan Pah, Sabtu (22/6/2013) lalu tersapu banjir, dan terkubur pasir. Hanya sedikit saja yang bisa diselamatkan, karena banjir terjadi saat dini hari, dan masyarakat masih terlelap tidur.
Kepala Desa Oekopa, Hendrikus Abatan (84), kepada Pos Kupang di Kefamenanu, Jumat (28/6/2013), menjelaskan, peristiwa ini terjadi diluar pantauan petani setempat. Karena seperti biasanya proses panen gabah petani, akan disimpan saja pada pematang sawah masinh-masing, lengkap dengan batangnya, dan baru akan dirontok setelah pemotongan selesai, guna diangkut ke rumah pemilik gabah masing-masing.
"Banjirnya datang malam hari, karena hujan sejak Jumat (21/6/2013), pagi hingga malam, dan terus berlanjut pada hari Sabtu (22/6/2013), sehingga banjir besar terjadi. Masyarakat tidak sadar saat banjir terjadi, walau juga disebabkan karena pintu bendungan Tobatan tidak ditutup, sehingga air bebas meluap, dan langsung mengalir ke arah areal persawahan petani," jelasnya.
Ditambahkannya, ratusan ton gabah yang tersapu banjir, dan tertutup pasir ini adalah milik dari 56 petani sawah di desa tersebut, dengan masing-masing memiliki luas areal persawahan antara 20 hingga 90 are. Sedangkan 100-an petani lainnya belum memotong padi sawahnya, sehingga masih bisa memanen padi mereka.
"Sebagian gabah masih bisa dikumpulkan, dan dikeringkan, untuk dirontok lagi, tetapi isinya sudah tampak kekuning-kuningan, sehingga kualitas berasnya pasti tidak bagus. Sedangkan yang lainnya, karena belum dipotong, sehingga masih bisa dipotong, dan diambil gabahnya dalam keadaan baik, karena hanya sedikit sekali yang rusak, terutama yang berada pada bagian bawah, sehingga tertanam ke lumpur," jelas Abatan.
Peristiwa ini menurut Abatan, merupakan kegagalan petani Oekopa untuk kedua kalinya pada tahun 2013 ini. Sebab pada saat ditaman di musim kemarau, debit air sangat kurang, sehingga panennya minim, dan saat ini ketika ada hasil, dan dipanen petani, malah kembali tersapu banjir, dan tertimbun pasir.
"Kita sudah laporkan secara rinci kepada pemerintah di tingkat atas kita, mulai dari tingkat kecamatan, hingga ke tingkat kabupaten, guna masyarakat petani daat dibantu meringankan beban petani," tandasnya.*