Sosiolog: Ungsikan Anak Korban Gempa ke Luar Daerah
Sosiolog mengatakan ada baiknya anak-anak, perempuan, dan manusia lanjut usia (manula) diungsikan segera ke luar dari desa mereka.
Editor: Anita K Wardhani
![Sosiolog: Ungsikan Anak Korban Gempa ke Luar Daerah](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20130705_korban-gempa-aceh_4319.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Sosiolog yang juga Direktur Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Unsyiah, Saifuddin Bantasyam MA menyarankan anak-anak, perempuan, dan manusia lanjut usia (manula) diungsikan segera ke luar dari desa mereka. Mengingat beberapa kawasan di Aceh Tengah dan Bener Meriah saat ini tingkat kehancuran lokasi huniannya sangat parah.
"Pengungsian itu bisa dilakukan ke Takengon atau bahkan sampai ke Kabupaten Bireuen. Pendeknya, ke wilayah-wilayah yang lebih mudah dijangkau untuk penyaluran bantuan, yang lebih nyaman, dan yang mudah diinstalasi dengan sarana sanitasi atau MCK," ujar Saifuddin kepada Serambi di Banda Aceh..
Dosen Fakultas Hukum dan FISIP Unsyiah ini berpendapat, membiarkan korban gempa tidur pada tenda darurat di desa mereka sendiri berhari-hari, tentulah berdampak sangat buruk bagi kesehatan korban gempa, mengingat cuaca malam hari di Dataran Tinggi Gayo sangatlah dingin.
Lagi pula, menurutnya, di tengah masih seringnya terjadi gempa susulan, para korban toh tak bisa juga segera kembali ke rumah sampai rehabilitasi dilakukan pada level yang aman untuk ditempati kembali. Malah di satu sisi, kata Saifuddin, membawa mereka ke luar dari desanya agar tidak tidur lagi di tenda-tenda, juga membantu mereka untuk menjalani ibadah puasa dengan khusyuk.
"Dan selama beribadah, bisa diperkuat pula sisi rohani mereka oleh tim yang khusus dibentuk untuk itu. Ini menjadi penting juga, bagian dari trauma healing," katanya.
Hal lain yang diingatkan Saifuddin adalah soal pembagian bantuan. Sebaiknya dibuat prioritas, jangan sampai bantuan hanya diserahkan ke kawasan yang mudah dilalui saja, sedangkan kawasan yang sulit dicapai tidak segera disalurkan. "Padahal bisa saja korban hidup yang memerlukan bantuan, banyak di desa-desa itu. Juga penting untuk memastikan tidak munculnya ketegangan-ketegangan antarpenduduk selama tanggap darurat berlangsung," ujarnya.
Ia ingatkan, mereka yang sedang dilanda musibah, bisa saja mengalami depresi setelah beberapa hari dan memunculkan konflik antarmereka atau antara mereka dengan pihak BPBN dan BPBD, Basarnas, atau bahkan dengan para relawan.
Mengingat kondisi lapangan yang sedemikian parah kerusakannya, Saifuddin menyarankan agar rencana tanggap darurat dua minggu (sebagaimana ditetapkan pemerintah), hendaknya jangan jadi harga mati. Panjangnya masa tanggap darurat, kata Saifuddin, mestilah merujuk juga kepada kondisi geografis daerah bencana dan kondisi sosiopsikologis para korban yang selamat bersama dengan keluarganya.(dik)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.