Kembar Siam Rahma-Rahmi Belum Boleh Bertemu Ibunya
Masa-masa kritis telah terlewati, tapi tim dokter dari RSMH Palembang dan RSUD Soetomo Surabaya, tetap melakukan kontrol.
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Pasca-operasi pemisahan, bayi kembar siam Rahma-Rahmi masih tetap menjalani perawatan intensif, di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSMH Palembang, Minggu (7/7/2013).
Masa-masa kritis telah terlewati, tapi tim dokter dari RSMH Palembang dan RSUD Soetomo Surabaya, tetap melakukan kontrol.
Lia Lisdiana, ibu Rahma-Rahmi, juga harus bersabar, karena untuk sementara belum boleh bertemu dua buah hatinya.
"Dokter yang melakukan pemantauan juga tidak sembarangan. Jadi, dokter-dokter yang ditunjuk saja yang bisa masuk ke ruangan ICU dan memantau. Sedangkan sang ibu belum bisa melihat langsung. Kami hanya mengabarkan setiap perkembangan kedua bayi ini," ungkap dr Rismarini, ketua tim operasi pemisahan Rahma-Rahmi.
Tim dokter, lanjtnya, selalu memantau secara berkala. Keadaan umum, kesadaran, dan sistem kerja organ yang dioperasi, selalu menjadi bahan evaluasi.
Luka pasca-operasi juga akan selalu dipantau perkembangannya, agar tidak terjangkit infeksi yang membuat kondisi keduanya tidak stabil.
Menurut Rismarini, kondisi Rahma relatif lebih stabil ketimbang Rahmi. Karena, luka operasi Rahmi lebih luas dan membutuhkan perhatian lebih.
Ketua Tim dokter RSUD DR Soetomo dr Agus Harianto menuturkan, proses penyembuhan terhadap Rahmi memang lebih diperhatikan, karena Rahmi memiliki hati lebih besar, dan usus besar lebih panjang.
Sehingga, proses menutup perut Rahmi lebih sulit ketimbang Rahma, dan ada bagian bawah perut, yakni usus, tidak boleh terkena angin dan harus ditutup.
Cara menutup perut Rahmi yang mengalami luka besar, berbeda dengan Rahma. Tim dokter menambahkan lapisan sintetis yang menggantikan dinding perut Rahmi, karena ada kekurangan dinding perut akibat luka lebar di perut.
"Akan ikut terus seumur hidup pada Rahmi, tapi lapisan sintetis itu tidak akan memengaruhi perkembangan Rahmi. Karena, fungsinya hanya untuk menutup dinding perut, sedangkan untuk melapisi dinding sintetis tetap menggunakan kulit sendiri," jelasnya.
Pihak RSUD DR Soetomo Surabaya, papar dr Agus, akan menyiagakan tiga dokter ahli tetap di ruang ICU, bersama dokter ahli RSMH Palembang.
Ini dilakukan agar dapat selalu mengontrol perkembangan kesehatan kedua bayi, selama berada di dalam ruang ICU, yang diprediksi memakan waktu selama tujuh hari atau bisa dua minggu, hingga bayi dinyatakan sehat total.
"Kami juga akan melakukan proses pemisahan bayi kembar siam di Surabaya dengan kasus dempet perut dan dada. Jadi, biarlah tiga dokter ahli yang masih muda berada di sini, hingga keduanya dinyatakan sembuh total," bebernya. (*)