Permintaan Kerupuk Melarat Naik 5 Kali Lipat
Makanan khas Cirebon, kerupuk melarat tidak semelarat namanya. Setidaknya, selama Ramadan permintaan terhadap makanan ini meningkat drastis
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM CIREBON,- Makanan khas Cirebon, kerupuk melarat tidak semelarat namanya. Setidaknya, selama Ramadan permintaan terhadap makanan ini meningkat drastis, dua hingga lima kali lipat daripada biasanya.
Nunung (41), pemilik pabrik kerupuk melarat Sumber Mares, Desa Gesik, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, mengatakan permintaan kerupuk melarat mentah di tempatnya naik lima kali lipat. Rata-rata, per hari, sepuluh pembeli mendatangi pabriknya.
"Satu orang maunya membeli satu kuintal (per hari)," ujarnya, Senin (15/7). Namun, Nunung hanya bisa memproduksi kerupuk berbahan dasar tepung tapioka itu rata-rata dua kuintal per hari. Jumlah produksi tetap sama seperti hari biasa karena sesuai jumlah tenaga kerja dan bahan mentah.
"Karena itu, tiap pembeli paling banyak hanya dapat setengah kuintal," kata Nunung.
Produksi makanan yang juga dikenal dengan nama kerupuk mares itu tidak berjalan mulus tiap hari. Cuaca mendung membuat kerupuk melarat sulit kering. "Seminggu ini saja, dua hari ngga produksi karena mendung," ujarnya.
Gara-gara mendung, ucapnya, kerupuk maras mentah baru siap jual setelah dijemur selama dua hingga tiga hari. Biasanya, terutama sejak memasuki musim kemarau pada Mei, penjemuran kerupuk basah yang dilabeli harga Rp 7.600 per kilogram itu hanya membutuhkan waktu selama sehari.
Hal serupa diakui produsen lain kerupuk mares di desa itu, Eli (53). Ia mengaku hanya bisa menyediakan 2,5 kuintal kerupuk melarat setiap hari. Jumlah itu hanya separuh dari jumlah permintaan kerupuk melarat di pabriknya per hari. Ia membandrol harga Rp 7.500 hingga Rp 8.000 setiap kilogram kerupuk mares.
Ada perubahan jam kerja di pabrik pembuatan kerupuk melarat baik di tempat Nunung maupun Eli. Selama masa puasa, pembuat kerupuk berlangsung pada malam hari. Itu berbeda dengan pada masa biasa yang jam kerja produksi kerupuk melarat mulai subuh.
Harga pun sedikit berubah. Semula harga kerupuk melarat milik Nunung dan Eli sekitar Rp 7.300 hingga Rp 7.500 per kilogram. Kenaikan harga Rp 300 hingga Rp 500 per kilogram itu terutama sejak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Ongkos bongkar muatnya naik," kata Nunung.
Pembeli kerupuk mares mentah, Kusnan, mengaku permintaan tidak mampu dipenuhi produsen kerupuk melarat. Ia membutuhkan satu kuintal kerupuk mares mentah untuk kebutuhan selama dua minggu. Pria itu mengolah kerupuk mentah menjadi kerupuk siap saji.
Selanjutnya, Kusnan menjual olahannya keliling di desanya, Penpen, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Ia mengaku menjual hasil olahan dengan harga Rp 15.000 setiap kilogram. Ia membutuhkan serbuk kayu dan pasir saja untuk mengolah kerupuk mentah itu.
Setiap kuintal kerupuk mentah, lanjutnya, menyusut menjadi 70-80 kilogram setelah menjadi makanan siap saji. (*)