Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Titin Keguguran di Dalam Bus

Pemudik asal Pemalang Jawa Tengah, Titin Octavia (24) yang berangkat dari Tangerang, terpaksa harus kehilangan bayi

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Titin Keguguran di Dalam Bus
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Sejumlah pemudik bersiap naik bus jurusan Tasikmalaya di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Selasa (6/8/2013). H-2 menjelang Lebaran, suasana arus mudik di Terminal Kampung Rambutan relatif lancar dan tidak terlihat penumpukan penumpang. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, SUBANG - Pemudik asal Pemalang Jawa Tengah, Titin Octavia (24) yang berangkat dari Tangerang, terpaksa harus kehilangan bayi dalam kandungannya karena diduga keguguran saat dirinya berada dalam bus, Selasa (6/8/2013) pagi.

"Sejak di tol Cikampek istri saya sudah merasa enggak enak dengan perutnya yang sedang hamil tiga bulan. Waktu pertama ngomong belum ada pendarahan," kata Dwi (29), suami Titin, kepada Tribun di UGD Puskesmas Patok Beusi, kemarin.

Dwi mengatakan, ia sempat meminta sopir jurusan Tangerang-Pekalongan untuk berhenti dulu ketika melewati klinik atau rumah sakit terdekat. Terutama, ketika setelah keluar tol Cikampek. "Saya sudah minta tapi katanya kalau berhenti takut macet. Permintaan pertama istri saya masih baik-baik saja," ujarnya.

Hanya lanjut Dwi, ketika memasuki wilayah pantai utara (pantura) Subang, istrinya mulai merasa kesakitan. Bahkan, Dwi melihat adanya darah yang mengalir di kaki istrinya. Karena dalam kondisi panik, Dwi pun memaksa sopir tersebut untuk berhenti.  "Tapi tetap saja tidak digubris karena saat itu kondisi sedang padat," katanya.

Dalam kondisi istrinya mengalami pendarahan, ujar Dwi, bus Dedi Jaya itu masih melaju di wilayah Pantura. Hingga akhirnya, ketika melewati Puskesmas Patok Beusi, dirinya naik pitam, turun dari kursinya dan membentak sang sopir untuk menghentikan bus tersebut.

"Kami sempat adu mulut dulu dengan sopir ketika saya melihat ada puskesmas ini (puskesmas Patok Beusi). Akhirnya sopir berhenti dan saya menggendong istri saya ke puskesmas," ujarnya.

Saat ia beradu mulut dengan sopir, Dwi mengatakan bahwa istrinya sudah dalam keadaan pingsan. Hal itu juga yang membuat dirinya nekat memberhentikan bus tersebut, meski dengan risiko harus beradu mulut.

Berita Rekomendasi

"Sampai akhirnya saya turun menggendong istri saya dan setelah turun, bus itu langsung pergi. Si sopir ini selalu beralasan kalau berhenti nanti bakal macet, tapi kondisi istri saya juga sudah kritis," ujarnya.

Sampai kemarin, kondisi Titin masih lemas dan dirawat di UGD Patok Beusi. Perjalanan mudik ke kampung halamannya, hanya meninggalkan duka karena harus kehilangan jabang bayi pertamanya di kandungannya tersebut.

"Nunggu pulih istri dulu baru pulang ke Pemalang. Ya kecewa, tapi mau gimana. Kalau sembuhnya lama, mudiknya enggak jadi. Tapi saya sudah menghubungi saudara untuk datang menjemput," ujarnya.

Titin mengaku, kondisi lalu lintas di Cikampek hingga Jomin yang padat serta duduk di bus dalam waktu yang lama karena kemacetan, membuat kandungannya terganggu. "Kami berangkat dari Tangerang jam 9 malam, busnya penuh ditambah macetnya lama. Saya juga sedang tidak enak badan ketika akan pergi," ujar Titin.

Ia mengatakan, dirinya sudah mengikhlaskan kepergian bayi dalam kandungannya. Awalnya, kata Titin, dirinya dan Dwi suaminya akan mudik menggunakan roda dua. Namun, karena kondisi kehamilannya, niat itu diurungkan.

Tags:
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas