Jokowi Tidak Ngefek di Pilgub Jawa Timur
Keunggulan sementara Soekarwo-Saefullah Yusuf di hitung cepat Pemilihan Gubernur Jawa Timur disambut baik oleh Partai Demokrat
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keunggulan sementara Soekarwo-Saefullah Yusuf di hitung cepat Pemilihan Gubernur Jawa Timur disambut baik oleh Partai Demokrat (PD). Disisi lain berbagai pengamat menilai banyaknya tokoh yang hadir dalam kampnye Pilgub Jawa Timur dari tokoh-tokoh Parpol seperti Joko Widodo (Jokowi) sama sekali tidak membawa dampak signifikan untuk suara yang di usung partai berlambang moncong putih itu.
Wasekjen PD Ramadhan Pohan menilai, kemenangan KarSa menunjukkan bahwa Jokowi Effect tak berpengaruh di Jawa Timur. Sebab, meski Jokowi sudah ikut kampanye, pasangan yang diusung PDIP, Bambang DH-Said Abdullah, berada di posisi tiga berdasarkan hitung cepat.
"Sudah saya prediksi kemenangan KarSa, dan ternyata Jokowi Effect nggak ngefek di Jatim. Pakde Karwo dan Gus Ipul ini padu, kalau keduanya padu aman. Kemenangan ini sudah diprediksi," kata Pohan di Jakarta, Kamis (29/8/2013).
Pohan menuturkan, kemenangan ini sebagai tanda kebangkitan PD. Dirinya yakin kemenangan ini akan membangkitkan semangat kader PD di seluruh daerah untuk bertarung di Pemilu 2014.
"Kemenangan ini membuat semangat kami terbakar di 2014. Jika Desember nanti kami bisa meraih target 15 persen, maka mungkin pada April 2014 kami akan meningkatkan target menjadi 20 persen," ucapnya.
Sedangkan Direktur eksekutif Indo Barometer, M Qodari menilai, calon gubernur Jatim dari PDIP Bambang DH yang hanya menempati posisi ketiga dengan raihan suara sekitar 12 persen di berbagai quick count, menunjukan kelemahan Tim Kampanye PDIP Jawa timur.
"Kehadiran Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai juru kampanye dinilai tidak membawa dampak signifikan. Jokowi gagal mendongkrak suara di Jatim. Tapi ada faktor lain, kelihatannya mesin politik PDIP tidak jalan di Jatim, ini warning," jelasnya.
Selain itu kandidat cagub yang diusung oleh PD dan koalisi yakni Soekarwo dinilai punya kedekatan dengan PDIP. "Soekarwo juga dekat dengan basis PDIP/abangan/mataraman. Dia eks GMNI," katanya.
Hal ini yang membuat perolehan suara Bambang DH sangat sedikit. Meskipun Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Jokowi terjun langsung ke lapangan. "Makanya dibanding Khofifah, suara Bambang DH yang paling tidak berkembang karena segmennya sama dengan Karwo," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.