44 Kasus Kaki Gajah di Melawi
-Dinas kesehatan Kabupaten Melawi mencatat, hingga september 2013 sebanyak 44 kasus Filariasi (Kaki Gajah)
Editor: Budi Prasetyo
*Dinkes Himbau Warga Melapor
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ali Anshori
TRIBUNNEWS.COM MELAWI, -Dinas kesehatan Kabupaten Melawi mencatat, hingga september 2013 sebanyak 44 kasus Filariasi (Kaki Gajah) yang tersebar di sejumlah kecamatan di daerah tersebut, tidak menutup kemungkinan masih ada kasus di kecamatan lain yang belum ditemukan.
Kepala dinas kesehatan Melawi, Simon mengungkapkan, sejumlah kecamatan yang ditemukan kasus kaki gajah tersebut diantaranya di kecamatan Nanga Pinoh 1 kasus, kecamatan Pinoh Utara 5 kasus, Belimbing Hulu 4 kasus, di Tanah Pinoh 13 kasus, dan Kecamatan Tanah Pinoh Barat 14 kasus, Nanga Sokan 6 kasus dan satu kasus lagi belum terdata.
“Sedangkan di kecamatan lainnya belum ditemukan kasusnya, namun bukan berarti tidak ada,” kata Simon saat rapat koordinasi pemberian obat masal pencegahan Filariasi dinkes Melawi di Kantor bupati Melawi Jumat (13/9).
Simon mengungkapkan, untuk mengungkap kasus kaki gajah, pihaknya melakukan jemput bola di sejumlah kecamatan di pedalaman, sebab masyarakat yang mempunyai keluarga terkesan enggan untuk melaporkannya karena dianggap penyakit yang memalukan.
“Ini juga menjadi kendala tersendiri bagi kami, karena untuk menemukan kasus kaki gajah ini kami harus jemput bola ke masyarakat, terus terang kalau hanya mengandalkan tenaga kesehatan hasilnya tidak akan maksimal makanya dibutuhkan kerjasama dari semua pihak termasuk masyarakat,” tandasnya.
Simon berharap masyarakat ikut proaktif dalam membantu program pemerintah, dengan cara melaporkan kepada pihak terkait apabila menemukan ada kasus kaki gajah, baik itu masyarakat di sekitar lingkungannya ataupun keluarganya. “Nanti petugas kami yang akan mendatangi untuk memberikan pengobatan,” katanya.
Kendala lain, kata Simon, masyarakat seringkali enggan meminum obat yang diberikan oleh dinas kesehatan, padahal obat tersebut gratis. Padahal manfaat obat tersebut sangat penting untuk mencegah merebaknya kasus kaki gajah.
“Pada tahun 2011 pemberian obat hanya 63 persen, sedangkan pada tahun 2012 capaiannya sebanyak 73 persen, jadi belum memenuhi target, mudah-mudahan pada tahun 2013 ini bisa mencapai 100 persen, sehingga pada tahun 2016 Melawi bebas dari Faliasi,” tandasnya.
Maulana petugas dinas kesehatan di Desa Tiong Kranji mengakui, selama ini dirinya cukup kesulitan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat, alasannya obat yang dibagikan tersebut mempunyai efek samping kepada yang meminumnya.
“Terus terang pada tahun 2011 lalu pembagian obat ini cukup baik, namun pada tahun berikutnya justru mengalami penurunan,” katanya.
Maulana mengungkapkan, dampak setelah minum obat tersebut memang akan menimbulkan mual-mual dan kepala pusing. Namun kata dia hal itu adalah hal yang biasa, sayangnya masyarakat berfikiran lain dengan dampak tersebut.
“Karena kondisi ini akhirnya kami kesulitan memberikan obat tersebut kepada masyarakat,” tandasnya.