Kasus Bayi Ginan Kemungkinan Baru Pertama Kali di Indonesia
Kepala Bagian Humas dan Protokoler RSHS dr Tengku Djumala mengatakan, Ginan Septian Nugraha adalah bayi kembar siam.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Fatimah dan M Zezen ZM
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kepala Bagian Humas dan Protokoler Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dr Tengku Djumala mengatakan, Ginan Septian Nugraha adalah bayi kembar siam.
Istilah medisnya conjoint twin parasitic. Saat lahir, berat badan Ginan dan kembarannya mencapai 3,8 kilogram. Kondisi Ginan sehat, sedangkan kondisi kembarannya, ia tidak menjelaskan secara detail.
Sebab, saat disinggung apakah kembarannya memiliki jantung dan 'bernyawa', ia tidak memberikan komentar.
"Kami masih tunggu hasil observasi. Yang jelas, Ginan sehat," kata Tengku, Senin (23/9/2013).
Meski begitu, ia mengakui bahwa kondisi kembaran Ginan tidak sempurna. Tim dokter yang dulu pernah menangani kembar siam Wanda-Wandi, masih melakukan observasi.
Ini pulalah yang membuat tim dokter belum bisa memastikan langkah selanjutnya, termasuk rencana pemisahan.
"Tindakan medik tentu secepatnya, tapi ini kan harus berdasarkan penunjang medik," tuturnya.
Tentang kasus conjoint twin parasitic, Tengku mengatakan di RSHS ini menjadi kasus pertama, sedangkan di Indonesia, ia belum memastikan.
Namun, secara pribadi, ia baru pertama kali mengetahui kasus kembar siam seperti ini.
"Penyebabnya multifaktor, bisa karena nutrisi atau lingkungan," jelasnya seraya menambahkan lingkungan yang dimaksud harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
Pantauan Tribun, Ginan dirawat intensif di dalam inkubator di ruang NICU. Kedua kaki dan tangan Ginan bergerak aktif, tapi kepalanya hanya bisa diam tanpa banyak bergerak, dan terlihat terus miring ke kiri.
Ini karena kembaran yang keluar dari rongga mulutnya, ukurannya cukup besar, hingga membuat Ginan juga tidak bisa menutup mulutnya. Karena kondisi ini pula, Ginan hanya mendapat asupan cairan infus.
Diberitakan sebelumnya, dari rongga mulut Ginan Septian Nugraha, bayi berusia lima hari, keluar tubuh lain, tapi tanpa kepala. (*)