Ibunda Ginan: Saya Ingin Gendong Anak Saya
Meski awalnya sangat berat menerima kenyataan pahit, wanita berusia 33 tahun mengaku sudah ikhlas menerima suratan takdir yang diterimanya.
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Yani Mulyani, ibu kandung bayi Ginan Septian Nugraha, mengaku pasrah dengan kondisi anak ketiganya yang mengalami conjoint twin parasitic (kembar parasit).
Meski awalnya sangat berat menerima kenyataan pahit, wanita berusia 33 tahun mengaku sudah ikhlas menerima suratan takdir yang diterimanya.
Ketika ditemui Tribun di rumahnya di RT 28/10 Kampung Cikadu, Desa Ciroyom, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Selasa (24/9/2013), Yani yang terlihat masih lemas akibat mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan Ginan mengatakan, hingga kemarin ia belum melihat bayi yang dilahirkannya pada Kamis (19/9/2013) lalu.
Namun, ia mengaku sudah mengetahui kondisi Ginan yang lahir dengan kondisi kembar parasit dari suaminya, Aep Supriatna (36).
Beberapa jam setelah melahirkan, Yani sempat bertanya-tanya kepada ibu kandungnya, Julaeha (64), mengenai keberadaan Ginan.
Sebab, ketika sadar dari pingsan, Yani tidak mendapati sang anak yang baru dilahirkannya berada di sampingnya.
"Saya langsung bertanya di mana anak saya. Di mana orok? Di mana orok? (Di mana bayi?). Kok enggak ada suaranya. Jangan-jangan meninggal. Pikiran saya enggak karuan," ungkap Yani.
Meski sudah memaksa menanyakan keberadaan dan kondisi Ginan yang sebenarnya, Julaeha tak juga bersedia menceritakan yang sebenarnya, karena khawatir dengan kondisi Yani yang masih lemas. Julaeha baru memberi tahu Yani mengenai kondisi Ginan, tiga hari kemudian.
"Yani sampai enggak mau makan, padahal kondisinya sangat lemas. Akhirnya, saya terpaksa memberi tahu kondisi Ginan yang sebenarnya. Kalau enggak diberi tahu, saya khawatir kondisi kesehatan Yani akan terus memburuk," tutur Julaeha.
Yani mengaku ingin sekali melihat dan menjenguk Ginan yang tengah dirawat secara intensif di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
"Saya ingin ke rumah sakit, tapi enggak punya ongkos. Saya ingin sekali melihat anak saya. Saya pengen gendong anak saya. Sejak lahir saya belum pernah menggendongnya. Saya baru lihat melalui TV," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Ginan, yang tengah berada di rumah sakit, hanya ditemani suami Yani, Aep Supriatna, serta kakak kandung Yani, Ai Rohaeti.
Yani terpaksa hanya beristirahat sambil memulihkan kondisi kesehatannya, di rumah panggung yang terbuat dari bilik bambu berukuran 5x7 meter, ditemani kedua anaknya, Dea Apriliani (13) dan Candra Defisa (16), serta Julaeha.
"Saya ingin anak saya segera dioperasi, tapi saya juga bingung dari mana biayanya. Pastinya biayanya besar sekali," kata dia sambil terisak.
Yani mengungkapkan, jangankan untuk biaya operasi, untuk makan sehari-hari saja serta biaya sekolah kedua anaknya, kadang tidak mencukupi dari penghasilan suaminya sebagai tukang es cincau keliling.
"Penghasilan suami saya sehari paling besar dapat Rp 50 ribu. Buat makan sama biaya sekolah sudah habis. Saya bingung, biaya rumah sakit dan operasinya dari mana," ucap Yani, yang mengenakan kerudung merah serta kaus cokelat. (*)