Bupati Subang Belum Tahu Fenomena Anak Putus Sekolah di Cibitung
Bupati Subang Ojang Sohandi mengaku belum mengetahui persis kondisi fenomena murid SD di Desa Cibitung
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SUBANG - Bupati Subang Ojang Sohandi mengaku belum mengetahui persis kondisi fenomena murid SD di Desa Cibitung, Kecamatan Ciater, yang harus putus sekolah ketika hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP akibat sulitnya aksesibilitas di sekolah terpencil tersebut.
"Saya harus tahu dulu kondisi riil di lapangan. Kalau Sukasari saya sering ke sana, tapi saya selaku bupati belum dilapori oleh aparat desa atau kecamatan di sana," kata Ojang di Subang, Rabu (25/9/2013).
Ojang mengaku baru mengetahui fenomena murid putus sekolah tersebut dari pemberitaan di media massa. Ia pun terkejut mengetahui murid SD di daerah terpencil itu harus putus sekolah dan kemudian harus menikah dini. "Saya sudah menghubungi aparat pemerintahan di sana. Tapi sampai saat ini saya belum diberi laporan balik mengenai kondisi di sana," kata Ojang.
Walau begitu, Ojang belum memastikan dirinya akan mengunjungi warga Desa Cibitung yang mengalami kendala aksesibilitas menuju sarana pendidikan. "Saya masih menunggu laporan dari aparat desa dan kecamatan. Apa mungkin lulusan SD karena tidak ada SMP langsung menikah. Makanya ini benar-benar harus dipastikan. Saya tunggu dulu laporan mereka," kata Ojang.
Secara terpisah, Sekda Subang Abdurakhman mengatakan murid SD yang terancam putus sekolah ketika akan melanjutkan ke jenjang SMP harus diselamatkan. "Berapa pun siswa di sana, mereka harus diselamatkan. Jika ada SMP di sana tapi kondisinya seadanya, manfaatkan sebaik mungkin. Saya akan koordinasikan dengan Bupati agar mereka benar-benar diselamatkan dari bahaya putus sekolah," katanya.
Ia menjelaskan, kondisi tersebut sangat mengancam kualitas pendidikan di Kabupaten Subang. Bahkan, kata Sekda, akan berpengaruh terhadap target pencapaian pemenuhan pendidikan di Subang.
"Jika dibiarkan, akan menghambat indeks pembangunan manusia sehingga angka lama sekolah akan semakin pendek. Masa di zaman gini sekolah hanya sampai SD. Makanya saya katakan itu harus diselamatkan," ujarnya.
Abdurakhman mengaku akan mendiskusikan hal tersebut dengan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Subang untuk mencarikan solusinya.
"Dibangun sekolah di sana sulit. Selain memanfaatkan fasilitas pendidikan SMP di sana, saya lebih tertarik untuk membantu dengan menyediakan tempat menginap bagi siswa SMP itu. Bisa di rumah kepala desa di lokasi SMP atau dicarikan tempat," kata Abdurakhman.
Ia juga mengusulkan untuk memberikan bantuan beasiswa miskin yang terkendala hambatan transportasi karena lokasi yang jaraknya berpuluh kilometer tersebut. "Kalau tidak ada solusi lain lagi, beasiswa masih memungkinkan untuk siswa yang keluarganya berekonomi lemah," kata dia.
Abdurakhman menilai, fenomena tersebut memang sudah harus menjadi tanggung jawab penuh pemerintah daerah. Karenanya, ia berjanji akan menangani masalah tersebut melibatkan instansi lintas sektoral. "Tentu itu jadi tanggung jawab kami selaku penyelenggara pemerintahan daerah. Saya akan coba usulkan ke Bupati untuk mengirim guru PNS ke sana," kata dia.
Sebagaimana diberitakan Tribun, Selasa (23/9)-Rabu (24/9), aksesibilitas dari sejumlah kampung di Desa Cibitung menuju sekolah sangat buruk. Selain itu, sarana pendidikan pun minim, terutama pendidikan menengah. Untuk mencapai lokasi SD dan SMP, para pelajar dari Kampung Sukasari, Sukanegara, Rasugata, Genteng, dan Babakan Picung harus berjalan kaki 5-10 km melewati kawasan hutan pinus. Padahal, Desa Cibitung hanya berjarak sekitar 25 kilometer sebelah barat Kecamatan Ciater. Ciater sendiri dikenal sebagai daerah wisata di Subang.
Akibat akses yang sulit ini, banyak murid SD asal Cibitung yang tidak melanjutkan sekolah ke SMP. Akhirnya, jika tidak bekerja, murid-murid perempuan banyak yang dinikahkan dalam usia muda. (men)