Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gaji Guru Sukarela di Subang Rp 50 Ribu per Bulan

Sekolah ini dibangun tahun 2012 untuk mencegah siswa lulusan SD putus sekolah. Guru-gurunya juga dari luar sebanyak 7 orang

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Gaji Guru Sukarela di Subang Rp 50 Ribu per Bulan
ramastrohis
Ilustrasi guru 

TRIBUNNEWS.COM, SUBANG - Keberadaan sekolah swasta SMP Cibitung Plus di Desa Cibitung Kecamatan Ciater Kabupaten Subang, yang didirikan sejak tahun lalu untuk mencegah siswa putus sekolah setelah lulus SD karena tidak melanjutkan ke SMP, dengan alasan jarak yang sangat jauh dan biaya transportasi yang mahal, disertai cerita pilu guru-guru di sekolah terpencil tersebut.

"Sekolah ini dibangun tahun 2012 untuk mencegah siswa lulusan SD putus sekolah. Guru-gurunya juga dari luar sebanyak 7 orang dan semuanya bukan PNS. Mereka ngajar di sekolah ini gajinya per jam Rp 12.500," kata Kepala Sekolah SMP Cibitung Plus, Muhammad Heri Subekti kepada Tribun di Subang.

Meski dengan gaji per jam sebesar Rp 12.500, namun, dalam sebulan, guru-guru tersebut hanya mendapat jatah mengajar selama 4 jam dalam sebulan. Hal itu, karena menyesuaikan dengan keuangan sekolah yang tidak mendapat bantuan dari pemerintah.

"Paling besar gaji yang diterima guru-guru sukarela di sini Rp 50 ribu selama sebulan. Memang itu tidak layak, karena untuk ongkos ke sini selama sebulan lebih Rp 50 ribu. Tapi semuanya ikhlas, semuanya berangkat dari niat ingin mengajar di sini dan mencegah siswa putus sekolah ke SMP," kata Heri.

Heri mengaku, dirinya bukan warga Desa Cibitung. Hanya saja, di tahun 1992, dia pernah melakukan aktivitas pendidikan di desa tersebut dan merasa miris dengan kondisi pendidikan di daerah tersebut yang masih terbelakang. "Sejak saat itulah saya berniat ingin membangun sekolah di desa ini karena saya miris lihat siswa putus sekolah setelah lulus SD bahkan ada yang menikah di usia dini," ujarnya.

Di sekolah swasta yang didirikan untuk tanggap darurat putus sekolah ini, Heri mengatakan setiap siswa tidak dipungut bayaran sama sekali. Semuanya, sudah dibiayai oleh yayasan tempat sekolah tersebut bernaung.

"Meski dengan tempat seadanya, semua siswa di sini sekolah tidak dipungut biaya. Semuanya gratis. Semua apa yang kami lakukan memang hanya untuk mencegah agar siswa di kampung terpencil di desa ini tidak putus sekolah," kata Heri.

Berita Rekomendasi

Hal yang sama diakui oleh Giman Hidayat, guru pendidikan komputer di SMP Cibitung Plus. Ia mengakui bahwa pendapatannya mengajar di SMP tersebut tidak seberapa. Bahkan sangat kurang dari kata layak. "Iya, memang segitu. Tapi ngajar di sini bukan cari uang. Saya mah mengabdi saja buat orang-orang di sana," kata Giman.

Ia sendiri tidak mempermasalahkan penghasilan yang tidak layak tersebut. Terlebih lagi, ia memiliki pekerjaan sampingan sebagai tour guide di obyek wisata Sari Ater.

"Selain di sini saya juga punya pekerjaan. Jadi tidak masalah kalau digaji Rp 50 ribu juga. Saya ikhlas, saya niatnya membantu agar siswa tidak putus sekolah," katanya.

Bangunan SMP Cibitung Plus ini sendiri, terbilang sangat sederhana. Kira-kira berukuran 6-8 meter dan berdinding bilik. Di dalam bangunan SMP, dibuat sekat untuk ruangan kelas 3, ruangan kelas 2 yang digabung dengan kelas 1 dan ruangan khusus praktek komputer yang sudah dilengkapi satu unit komputer.

"Siswa disini, kelas 1 satu orang , kelas 2 9 orang dan kelas 3 2 orang. Untuk kelas 1, belajarnya digabung dengan kelas dua karena sudah tidak ada ruangan lagi. Kebanyak siswa disini berasal dari Kampung Sukasari, Rasugata, Genteng, Sukanegara dan Babakan Picung. Siswa lainnya di desa ini, untuk SMP harus pergi ke wilayah Kecamatan Ciater," ujar Giman.


"Yang sekolah SMP di sini, mereka yang kurang mampu menyekolahkan anaknya ke daerah lain yang lebih layak, seperti di pusat Kecamatan Ciater. Sebetulnya bukan semata soal kemampuan membayar biaya pendidikan, tapi lebih kepada mahalnya biaya transportasi dari kampung mereka. Bayangin saja sehari untuk biaya transportasi anaknya ke sekolah, bisa mencapai Rp 30 ribu," ujarnya. (men)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas