Pedagang Berlarian Jauhi Kawah
Kawah Gunung Tangkubanparahu di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Tangkubanparahu, Desa Cikole, Kecamatan Lembang
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Kawah Gunung Tangkuban parahu di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Tangkubanparahu, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), kembali bergeliat. Bahkan Sabtu (5/10) pagi terjadi beberapa kali letusan kecil di areal Kawah Ratu yang merupakan kawah terbesar di Gunung Tangkubanparahu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun, terjadi beberapa kali letusan kecil di areal Kawah Ratu sekitar pukul 06.21 pagi. Letusan menyebabkan meningkatnya tremor dan gempa vulkanik dalam. Seismograf mencatat gempa vulkanik tampak dan tremor tampak fluktuatif.
Selain itu, letusan tersebut juga mengeluarkan asap putih yang membubung ke udara. Letusan ini terjadi secara tiba-tiba dan luput dari pemantauan petugas di pos pengamatan Gunung Tangkubanparahu.
Letusan yang terjadi di areal kawah pertama kali diketahui oleh sejumlah pedagang yang ketika itu tengah menggelar barang dagangan untuk persiapan berdagang di hari itu. Para pedagang yang biasa berjualan di sekitar areal Kawah Ratu tersebut tiba-tiba dikagetkan dengan suara dentuman cukup keras di dasar kawah.
Mengetahui ada letusan, sejumlah pedagang panik, lalu berteriak saling memberi tahu pedagang lainnya. Para pedagang yang tengah sibuk menggelar barang dagangan kemudian kembali menutup kiosnya dan langsung bergegas meninggalkan lokasi Kawah Ratu untuk menyelamatkan diri karena khawatir terjadi letusan yang lebih besar.
"Kaget sekali ketika mendengar ada letusan. Saya dan beberapa pedagang yang sedang beres- beres langsung lari dan turun ke bawah. Takutnya gunung meletus," kata Asep (37), salah seorang pedagang, saat ditemui di kawasan Gunung Tangkubanparahu, kemarin.
Dikatakannya, sebagian pedagang yang biasa berjualan di areal Kawah Ratu memang biasa datang pagi-pagi sekali untuk membereskan kios dan barang dagangan. Terlebih, tiap menghadapi akhir pekan, para pedagang biasanya datang lebih pagi. Beberapa pedagang bahkan sudah datang sejak subuh.
Pedagang lainnya, Dadang (45), warga Desa Cikole, mengatakan saat letusan terjadi ia masih berada di rumah mempersiapkan barang dagangannya. Namun ketika akan berangkat, ia mengurungkan niatnya untuk berjualan karena beberapa tetangganya yang sudah sejak subuh berangkat kembali pulang ke rumah.
"Pas mau berangkat saya dikasih tahu Tangkubanparahu meletus. Beberapa tetangga saya terlihat sangat panik," ujar Dadang, yang sengaja datang ke Pos Pemantauan Gunung Tangkubanparahu untuk memastikan kondisi Tangkubanparahu.
Berbeda dengan para pedagang, para pemetik teh di perkebunan teh di kaki Gunung Tangkubanparahu tetap menjalankan aktivitasnya saat melihat kepulan asap putih dari arah Kawah Ratu.
"Itu mah biasa, tiap pagi atau malam pada waktu-waktu tertentu suka keluar asap. Asap putih, lalu jadi hitam," kata Asep Sukardi (46) ketika Tribun menanyakan asap yang keluar dari kawah ratu.
Ia mengatakan, karena sudah terbiasa melihat pemandangan asap keluar dari kawah, mereka tidak merasa khawatir. "Sejauh ini pada waktu-waktu tertentu suka keluar asap. Tapi belum ada apa-apa," ujar Asep.
Akibat aktivitas tektonik ini, untuk sementara TWA Gunung Tangkubanparahu ditutup untuk pengunjung dan para pedagang. Penutupan dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB dan pihak pengelola, PT Graha Rani Putra Persada (GRPP), sejak Sabtu pagi.