Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Waspadai Gas Beracun Tangkubanparahu

Kawah Ratu Gunung Tangkubanparahu di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Waspadai Gas Beracun Tangkubanparahu
Tribun Jabar/Mega Nugraha
Asap putih keluar dari kawah ratu Gunung Tangkubanparahu, Sabtu (5/10/2013). Pemandangan tersebut terlihat di Jalan Bandung - Subang tepatnya di sekitar pemandian air panas Gracia sekitar pukul 06.50. 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kawah Ratu Gunung Tangkubanparahu di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), meletus dua kali, Senin (7/10/2013). Letusan pertama terjadi pukul 07.02 WIB, sedangkan letusan kedua pukul 12.49.

Dengan terjadinya dua letusan itu, selama tiga hari terakhir, total Gunung Tangkubanparahu sudah meletus lima kali. Letusan pertama terjadi pada Sabtu (5/10) pagi pukul 06.21. Letusan itu cukup besar dan menyebabkan sebuah lubang besar dengan diameter sekitar 6 meter. Letusan kedua terjadi pada Minggu (6/10) dini hari, pukul 03.35. Letusan ketiga terjadi pada Minggu (6/10) malam, pukul 21.57.

Kepala Tim Tanggap Darurat Letusan Gunung Tangkubanparahu dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hetty Tri Astuti, mengatakan, letusan yang terjadi Senin pagi berlangsung sekitar 16 menit. Menurut Hetty, letusan keempat itu merupakan letusan dengan durasi paling lama jika dibandingkan dengan letusan-letusan sebelumnya.

"Letusan pertama yang terjadi pada Sabtu lalu, durasinya hanya 10 menit. Letusan kali ini sampai 16 menit. Lokasi letusan masih sama dengan letusan pada hari Minggu," kata Hetty saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Tangkubanparahu, kemarin.

Meski secara umum hampir seluruh aktivitas vulkanik dan kegempaan menunjukkan peningkatan, PVMBG belum menaikkan status Gunung Tangkubanparahu ke level yang lebih tinggi. Hingga kemarin, status gunung legendaris itu masih pada level II atau waspada setelah dinaikkan dari normal ke waspada pada Sabtu lalu.

"Dilihat dari kegempaan memang meningkat. Tapi hingga kini statusnya belum dinaikkan. Kami masih akan melihat perkembangan dalam beberapa hari ke depan," ujar wanita berkacamata ini.

Hetty menjelaskan, meski statusnya belum naik, tidak berarti Gunung Tangkubanparahu aman untuk dikunjungi wisatawan. Ia justru menyebut Tangkubanparahu harus lebih diwaspadai karena bukan tidak mungkin sewaktu-waktu aktivitasnya malah akan kembali meningkat.

Berita Rekomendasi

Di samping itu, kata Hetty, akibat letusan yang terjadi kemarin, PVMBG mendeteksi adanya dua jenis gas beracun yang keluar dari Kawah Ratu. Kedua jenis gas beracun itu adalah H2S (hidrogen sulfida) dan SO2 (sulfur dioksida). Kedua jenis gas ini, kata dia, sangat berbahaya jika sampai terhirup oleh manusia. "Sebenarnya banyak juga gas lain. Tapi yang paling dikhawatirkan dua gas itu," ujarnya.

Berdasarkan pemantauan dan hasil pengukuran yang dilakukannya, kadar gas SO2 di sekitar areal kawah sudah mencapai 10 ppm. Padahal, batas ambang maksimal/standar kualitas udara gas S02 yang ditolerir hanya 2 ppm. Adapun kadar H2S yang tercatat adalah 4 ppm dengan batas ambang maksimal 10 ppm.

"Kadar gas SO2 di areal Kawah Ratu sudah melebihi ambang batas sehingga sangat berbahaya jika sampai tercium oleh manusia. Gas ini termasuk gas beracun. Kami minta tidak boleh ada yang mendekati kawah," ujarnya.

Jika kedua jenis gas beracun ini sampai terhirup oleh manusia, akibatnya akan sangat fatal, bahkan dapat menyebabkan kematian. Hetty mengatakan, orang yang menghirup kedua jenis gas ini minimal dapat mengalami gangguan saluran pernapasan akut (ISPA) dan keracunan. Namun dari kedua jenis gas ini, menurut dia, yang paling berbahaya adalah SO2 karena baunya tidak tercium oleh hidung. Bau H2S masih dapat tercium oleh hidung.

"Tenggorokan dan hidung juga bisa seperti yang terbakar kalau dua gas beracun ini sampai terhirup. Pokoknya sangat berbahaya," ujar Hetty seraya mengatakan kedua jenis gas beracun ini sebenarnya sudah terdeteksi sejak Minggu (6/10).

Pihaknya, kata Hetty, terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, terutama dengan dua pemerintah daerah yang berbatasan langsung dengan Tangkubanparahu dan berpotensi terkena dampak gunung ini jika sampai meletus, yakni Pemkab Subang dan Bandung Barat. Langkah tersebut harus dilakukan guna melaporkan setiap perkembangan dan mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kami juga rekomendasikan kepada BPBD agar tidak ada warga yang mendekati radius 1,5 kilometer. Jangankan pengunjung, petugas PVMBG pun tidak diizinkan untuk ke kawah," kata dia.

Menurut Hetty, PVMBG juga menerjunkan tim khusus untuk melakukan penelitian lebih intensif, terutama mengukur kadar gas beracun, luas dan besar deformasi kawah, peningkatan aktivitas vulkanik, suhu gas, seismik, deformasi, dan tingkat kandungan belerang dalam air kawah. Sebab, meski letusan-letusan freatik terbilang kecil, letusan tersebut mampu memengaruhi kawah-kawah lainnya di Tangkubanparahu.

Di Subang, Dinas Kesehatan setempat bersiaga penuh mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk yang akan dialami oleh warga Subang yang lokasinya dekat dengan Gunung Tangkubanparahu.

"Puskesmas di Kecamatan Ciater, Sagala Herang, Serang Panjang, dan puskesmas lain yang terdekat dengan Tangkubanparahu mulai hari ini (kemarin, Red) buka layanan 24 jam," kata Kabid Yankes Dinkes Subang Syamsurizal di Subang, Senin.

Tidak hanya itu, kata Syamsurizal, pihaknya juga telah menyiapkan masker gratis untuk dibagikan kepada warga guna mengantisipasi terjadinya letusan yang lebih besar dan menghasilkan debu vulkanik dan membahayakan kesehatan warga.
"Tapi, untuk warga yang tidak kebagian atau belum punya masker, cukup menyiapkan handuk kecil basah," katanya. (zam/men)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas