Tangkuban Parahu Ukir Sejarah Baru Setelah Meletus 11 Kali
Sejak aktivitas vulkanik meningkat pada Sabtu, 5 Oktober 2013, gunung Tangkuban Parahu tercatat telah meletus sebanyak 11 kali.
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sejak aktivitas vulkanik meningkat pada Sabtu, 5 Oktober 2013, gunung Tangkuban Parahu tercatat telah meletus sebanyak 11 kali. Tiga letusan freatik terakhir yang ditunjukkan oleh gunung yang terkenal dengan legenda Sangkuriang itu terjadi pada Selasa (8/10/2013).
"Berarti sudah 11 kali letusan kecil. Sekarang sudah relatif aman tidak ada letusan lagi," kata Pejabat Pelaksana Bidang Penyelidikan dan Pengamatan Gunung Api dari Pusat Vukanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gede Suantika saat ditemui di ruangannya, Jumat (11/10/2013).
Lebih lanjut Gede menambahkan, banyaknya letusan gunung Tangkuban Parahu di tahun 2013 ini bisa dikatakan menjadi sebuah sejarah. Pasalnya, meski letusannya kecil, beberapa tahun ke belakang, gunung Tangkuban Parahu belum pernah menunjukkan aktivitas vulkanik serupa dengan jarak waktu yang dekat selama beberapa hari.
"Belum pernah sampai empat hari beruturut-turut. Letusan ini sama dengan tahun 1829, tapi itu cuma sehari saja letusannya," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, selama tiga hari ke belakang, aktivitas vulkanik gunung Tangkuban Parahu yang berlokasi di perbatasan antara Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat cenderung menurun. Menurut Pejabat Pelaksana Bidang Penyelidikan dan Pengamatan Gunung Api dari Pusat Vukanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gede Suantika, aktivitas vulkanik terakhir berupa letusan freatik yang ditunjukkan oleh gunung Tangkuban Parahu terjadi pada Selasa (8/10/2013).
"Tanggal 8 itu meletus terakhir sekira jam 22.46 WIB malam," ujar Gede saat ditemui di kantor PVMBG di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (11/10/2013).
Gede menambahkan, getaran-getaran tremor yang biasanya terjadi sebelum atau pascaletusan di Tangkuban Parahu juga berangsur berkurang. "Kondisi getaran di kawah juga sudah mulai mereda," katanya.
Asap yang keluar dari dalam kawah, kata Gede, juga sudah mulai menipis. Kendati demikian, penurunan aktivitas vulkanik tersebut bukan berarti status waspada yang sekarang disematkan pada gunung Tangkuban Parahu bisa langsung diturunkan menjadi normal. Pasalnya, tim perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kekuatan vulkanik yang diduga masih tersimpan di dalam perut bumi.
"Saat ini kita masih terus melakukan pengukuran deformasi (penggelembungan gunung). Besok kita akan lakukan evaluasi untuk mengetahui statusnya tetap di waspada atau kita kembalikan ke normal," tuturnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.